HMP3IP adalah organisasi Penghimpun Mahasiswa Peneliti Pengembang Pengabdi Ilmu Peternakan dengan ciri khas jargon “Salam Riset Salam Ilmiah, HMP3IP...!!! Kecil sih Tapi Rela Bagi-bagi”. Dalam organisasi ini memberikan manfaat yang menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan (SKILL) maupun kreatifitas dengan menawarkan Program Kerja (Proker) yang unggul dan menarik, terutama pengabdian maksyarakat
Senin, 16 Januari 2017
laporan LANDASAN ILMU NUTRISI
LAPORAN PRAKTIKUM
LANDASAN ILMU NUTRISI
OLEH :
KELOMPOK : 7
KELAS : 3C2
SRI WULANSARI (B1D015232)
YAN MUHAEMIN PUTRA (B1D015254)
YAN WAHYUDI (B1D015255)
YESI APRIANI (B1D015256)
YOPI KOMALASARI (B1D015257)
YULISDAYANTI (B1D015258)
YUSRYANTO (B1D015260)
NUR TAZKIRAH (B1D015264)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2016
KATA PANGANTAR
Praktikum Landasan Ilmu Nutrisi ini merupakan salah satu syarat kelulusan dengan bobot satu SKS. Dalam praktikum ini kami mempelajari bagaimana cara menganalisa bahan pakan untuk menentukan kecernaan pakan tersebut dengan metode kecernaan in vitro. Kecernaan in vitro ini sama dengan kecernaan in vivo, dimana proses kecernaan in vivo ini terjadi di dalam rumen ternak ruminansia. Berbeda dengan menentukan kecernaan suatu bahan pakan dengan metode in vitro yang dilakukan di dalam tabung.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Dengan segala kerendahan hati, kami menyusun laporan praktikum ini.Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah “Praktikum Landasan Ilmu Nutrisi”.Dengan selesainya laporan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing praktikum Landasan Ilmu Nutrisi dan Coordinator asisten, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga terselesainya laporan ini. Serta teman-teman yang ikut serta membantu dalam proses penyelesaian laporan ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini belum sempurna, untuk itu kami butuh kritik, saran, dan ide-ide yang sifatnya membangun sangat diharapkan guna kesempurnaan penyusunan yang akan datang. Harapan kami semoga laporan ini dapat berguna dan dapat menambah wawasan bagi pembaca.dan laporan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya serta dapat digunakan oleh adik tingkat yang akan datang.
Mataram, 6 Januari 2017
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENAGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
BAB I: PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum 1
1.2.1 Tujuan Praktikum 1
1.2.2 Kegunaan Praktikum 2
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Bahan Pakan 3
2.2 Ternak Ruminansia 3
2.3 Kecernaan Pakan 3
2.4 Kecernaan Bahan Kering 4
2.5 Kecernaan Bahan Organik 5
2.3 Penentuan Nilai Kecernaan 5
BAB III: MATERI DAN METODE PRAKTIKUM 7
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum 7
3.2 Materi Praktikum 7
3.2.1 Alat Praktikum 7
3.2.2 Bahan Praktikum 7
3.3 Metode Praktikum 8
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN 9
4.1 Hasil Praktikum 9
4.2 Pembahasan Praktikum 10
BAB V: PENUTUP 12
5.1 Simpulan 12
5.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 15
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1 Hasil Praktikum 9
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kecernaan adalah banyaknya bahan pakan yang dapat dicerna dalam saluran pencernaan dan apabila dinyatakan dalam persentase disebut koefisien cerna ,kecernaan pakan merupakan proses yang dialami pakan selama berada di dalam saluran organ pencernaan sampai terjadinya penyerapan.
Kecernaan in vittro memiliki keuntungan lebih singkat, lebih ekonomis, tidak adanya resiko kematian pada ternak, dan prediksi yang tidak berbeda jauh dengan metode in vivo atau yang biasa dilakukan untuk mengukur kecernaan pada ternak ruminansia. Dasar dari metode ini adalah menirukan proses yang terjadi dalam rumen dan cara yang paling sering digunakan adalah teknik in vitro.
Pada dasarnya Analisis kecernaan In Vitro Tilley dan Terry (1963) bermanfaat dalam mengukur tingkat kecernaan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan yang belum diketahui sebelumnya. Selain dari itu, Analisis kecernaan In Vitro Tilley dan Terry (1963) merupakan dasar dari analisis-analisis yang lebih lanjut.Analisis kecernaan In Vitro Tilley dan Terry (1963) bermanfaat dalam menilai dan menguji kualitas suatu bahan pakan atau pangan dengan membandingkan nilai standar zat makanan dengan hasil analisisnya. Maka dari itu praktikum Landasan Ilmu Nutrisi tentang Analisis kecernaan In Vitro Tilley dan Terry (1963) ini penting untuk dilakukan karena dapat memberi manfaat khususnya dalam dunia peternakan, terutama dalam pemberian nutrisi yang dapat memenuhi kebutuhan ternak.
Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum Landasan Ilmu Nutrisi adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui prinsip kerja metode kecernaan In Vitro
Untuk mengetahui nilai kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organic (KCBO)
Kegunaan Praktikum
Adapun kegunaan dari praktikum Landasan Ilmu Nutrisi adalah sebagai berikut :
Agar praktikan mengetahui prinsip kerja metode kecernaan In Vitro
Agar praktikan mengetahui nilai kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organic (KCBO) pada bahan pakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan Pakan
Pakan ternak merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam suatu usaha peternakan.Ransum yang diberikan kepada ternak harus diformulasikan dengan baik dan semua bahan pakan yang dipergunakan dalam menyusun ransum harus mendukung produksi yang optimal dan efisien sehingga usaha yang dilakukan dapat menjadi lebih ekonomis. Hal-hal yang berkaitan dengan pemberian pakan ternak adalah kebutuhan nutrisi ternak, komposisi nutrisi bahan pakan penyusun ransum dan bagaimana beberapa bahan dapat dikombinasikan (penyusunan ransum standar) untuk mencukupi kebutuhan ternak (Subandriyo, 2000).
Ternak Ruminansia
Ternak ruminansia merupakan salah satu ternak yang memiliki sistem pencernaan yang kompleks dibandingkan ternak lain. Hal ini terlihat dari kemampuan ruminansia dalam memproduksi protein mikroba dalam rumen. Dimana protein mikroba berperan besar terhadap ketersediaan total protein yang tersedia bagi ternak yang akan dimanfaatkan untuk kebutuhan ternak itu sendiri. Ternak ruminansia memiliki sistem pencernaan yang khas yang memiliki kemampuan dalam mencerna pakan kasar didalam rumen dengan bantuan mikroba (Frandson, 1992).
Kecernaan Pakan
Pencernaan pakan merupakan suatu rangkaian proses yang terjadi pada pakan selama berada didalam saluran pencernaan sampai memungkinkan terjadinya suatu penyerapan. Untuk penentuan kecernaan dari suatu pakan maka harus diketahui terlebih dahulu dua hal yang penting yaitu; jumlah nutrien yang terdapat dalam pakan dan jumlah nutrien yang dapat dicerna yang dapat diketahui bila pakan telah mengalami proses pencernaan (Hanis, 2013).
Kecernaan meliputi kecernaan suatu bahan pakan pada ternak non ruminansia dan untuk ternak ruminansia, tetapi analisa kecernaan dapat dilakukan hanya pada kecernaan untuk ruminansia.Kecernaan suatu bahan pakan untuk ternak ruminansia dapat dihitung secara akurat pada skala laboratorium dengan percobaan menggunakan cairan rumen dan pepsin (Zakariah, 2012).
Kecernaan Bahan Kering
Bahan pakan merupakan bahan yang dapat dimakan dan dicerna oleh hewan ternak, terdiri atas dua komponen utama yaitu air dan bahan kering. Bahan kering dibagi lagi menjadi dua, yaitu bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik terdiri atas karbohidrat, lemak, protein dan vitamin. Bahan anorganik terdiri atas mineral dengan berbagai unsur-unsurnya. Makanan yang dikonsumsi ternak sebelum siap dimanfaatkan oleh tubuh ternak terlebih dahulu harus mengalami perombakan. Bahan makanan tersebut dirombak melalui proses pencernaan yang berlangsung dalam saluran pencernaan (Sutardi, 1980).
Pada kondisi normal, konsumsi bahan kering dijadikan ukuran konsumsi ternak. Konsumsi bahan kering bergantung pada banyak faktor, diantaranya adalah kecernaan bahan kering pakan, kandungan energi metabolis dan kandungan serat kasar. Bahan kering yang dikonsumsi dikurangi jumlah yang disekresikan merupakan jumlah yang dapat dicerna. Kualitas dan kuantitas bahan kering harus diketahui untuk meningkatkan kecernaan bahan makanan yang akan mempengaruhi jumlah konsumsi pakan.Kualitas dari bahan kering akan mempengaruhi kualitas bahan organik dan mineral yang terkandung dalam bahan pakan. Konsumsi bahan kering merupakan faktor penting untuk menunjang asupan nutrien yang akan digunakan untuk hidup pokok dan produksi.
Kecernaan bahan kering yang tinggi pada ternak ruminansia menunjukkan tingginya zat nutrisi yang dicerna terutama yang dicerna oleh mikroba rumen. Semakin tinggi nilai persentase kecernaan bahan pakan tersebut, berarti semakin baik kualitasnya. Kisaran normal bahan kering yaitu 50,7-59,7%. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan kering, yaitu jumlah ransum yang dikonsumsi, laju perjalanan makanan di dalam saluran pencernaan dan jenis kandungan gizi yang terkandung dalam ransum tersebut. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi nilai kecernaan bahan kering ransum adalah tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum, komposisi kimia, tingkat protein ransum, persentase lemak dan mineral. Salah satu bagian dari bahan kering yang dicerna oleh mikroba di dalam rumen adalah karbohidrat struktural dan karbohidrat non structural (Van Soest, 1983).
Kecernaan Bahan Organik
Bahan organik merupakan suatu bahan yang dapat menghasilkan energi dan panas bila dicerna.Bahan tersebut meliputi protein, karbohidrat, dan lemak.Bila suatu bahan tersebut dibakar, maka sisa pembakaran itu dinamakan bahan organik yang terkandung pada bahan makanan tersebut (Anonim, 1989). Daya cerna bahan organik dari berbagai bahan makanan dengan komposisi yang sangat berfariasi akan berkurang jika mengandung zat-zat yang mempunyai daya cerna rendah. Pendapat ini didukung oleh (Tillman et al, 1998), yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya serat kasar 1% pada tanaman menyebabkan peningkatandaya cerna bahan organik sekitar 0,7 – 1,0 untuk ruminan. Peningkatan kecernaan bahan organik ini disebabkan karena meningkatnya kecernaan bahan kering, sebab secara proposional laju keluarnya bahan kering diikuti oleh keluarnya bahan organik. Sehingga dengan semakin meningkatnya kecernaan bahan kering akan meningkatkan kecernaan bahan organik (Resohapdiprojo, 1981).
Nilai kecernaan bahan organik didapatkan melalui selisih kandungan bahan organik awal sebelum inkubasi dan setelah inkubasi, proporsional terhadap kandungan Bahan organik sebelum inkubasi (Jayanegara, 2009).
Penentuan Nilai Kecernaan
Penentuan kecernaan secara in vitro dilakukan di laboratorium dengan menirukan kondisi pada rumen. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam teknik in vitro adalah adanya larutan penyangga (buffer) dan media makanan, temperatur sekitar 39ºC, pH optimal yaitu 6,7-7,0, adanya sumber inokulum, agitasi (pengocokan) dan gas CO2 (Daryanto, 2009).
Sudah banyak penelitian in vitro menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian in vivo, sehingga penentuan kecernaan bahan pakan secara in vitro memiliki beberapa keuntungan, yaitu (1) dapat digunakan untuk menentukan nilai kecernaan pakan dalam waktu yang relatif singkat, (2) mengurangi resiko kematian ternak, (3) lebih ekonomis dan (4) mewakili penampilan ternak. Kelemahan teknik in vitro diantaranya media yang digunakan tidak mungkin mempunyai kondisi yang sama seperti pada teknik in vivo,kecernaan secara in vitro dilakukan di dalam tabung, sedangkan pada teknik in vivo langsung menggunakan ternak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil metode in vitro, yaitu: populasi mikroba dalam cairan rumen yang digunakan, penyiapan jenis sampel, pH selama inkubasi dan prosedur selama pelaksanaan (Vanthonny, 2014).
Percobaan in vitro berdasarkan metode Tilley dan Terry (1963) terdiri dari dua tahap. Tahap pertama proses dilakukan dalam tabung yang telah diisi satu bagian cairan rumen dan empat bagian saliva buatan atau larutan buffer yang berfungsi sebagai rumen tiruan. Proses pencernaan pada rumen tiruan berlangsung selama 48 jam. Kemudian pada tahap kedua kondisi abomasum dibuat dengan menambahakan larutan asam pepsin yang berfungsi sebagai pencerna makanan dalam abomasum. Pencernaan dalam abomasum berlangsung selama 48 jam. Sedangkan proses penyerapan zat-zat makanan dalam usus halus ditirukan dengan menyaring sampel yang telah mengalami fermentasi dalam rumen dan inkubasi dalam abomasum tiruan. Bagian zat-zat makanan yang lolos melalui saringan dianggap telah tercerna. Selisih antara bahan organik dari bahan asal dengan bahan organik sisa pencernaan merupakan bahan organik yang telah tercerna (Harahap, 2007).
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu dilaksanakannya praktikum Landasan Ilmu Nutrisi 23 Desember 2016 – 03 Januari 2017 di Laboratorium Konsersium Riset Ruminansia Besar Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
Materi Praktikum
Alat Praktikum
Centrifuge
Desikator
Glass cintered crucibles
Gelas silinder
Incubator
Labu beaker
Labu penyaring
Oven penyaring
Pompa vakum
Rubberbalb
Serat kaca
Tabung centrifuge 100 ml dan rak tabung
Tabung CO2
Timbangan analitik
Bahan Praktikum
Buffer
49 g NaCl3, 18, 6 g Na2HPO4
± 800 ml air
100 ml larutan khlorida
NHCL
Pepsin 0,2 %
Cairan rumen
Matode Praktikum
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum
Menimbang sample 0,5 gram dan masukkan kedaam tabung centrifuge ( untuk 1 macam sample, dilakukan 3X replikasi)
Menambahkan 50 ml campuran larutan buffer dan cairan rumen (4: 1) kedalam setiap tabung
Sebelum tabung ditutup dengan karet, dialiri terlebih dahulu dengan CO2 agar kondisi dalam tabung diusahakan an- aerob. Kemudian tabung- tabung ditempatkan dalam penangas air dengan temperature 38⁰c selama 48 jam dan dikocok 2X setiap hari, satu blank juga dikerjakan, berisi campuran buffer dan cairan rumen. Selain itu juga dikerjakan inkubasi standard, yaitu minimal 2- 3 tabung yang berisi sample standard yang telah diketahui kecernaannya
Setelah 48 jam, tabung – tabung diangkat dari penangas air, lalu direndam dalam air dingin, kadang – kadang digojok
Tabung diputar dalam centrifuge pada 2500 rpm selama 10 menit, supernatant/ dibuang
Menambahkan 50 ml larutan pepsin HCl (0,2% larutan pepsin dalam 0,1 NHCl), dan di aduk dengan spatula
Tabung dan isinya di inkubasikan dalam incubator selama 48 jam pada 38⁰C dengan digojok 2X per hari
Setelah 48 jam, tabung diambil, diputar dalam centrifuge, supernatant dibuang, lalu residu dipindahkan kedalam crucible yang telah ditimbang
Crucible dan residu dikeringkan dalam oven pengering dengan 105⁰C selama 8 jam, diinginkan dlam desikator dan ditimbang, bahan organic akan diperoleh dengan mengabukan crucible dan residu didalam tanur 600⁰C selama 1-2 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Praktikum
Tabel 4.1.1 Hasil Praktikum
Kelompok 6 7 8 9 10
Berat sampel (gram) 0,5073 0,5049 0,5005 0,5007 0,5015
Berat crussible (gram) 25,0397 29,8715 27,7911 26,0426 27,1910
Berat crussible sampel 1050c (gram) 25,3260 30,1830 28,0993 26,3497 27,5073
Berat crussible sampel 6000c (gram) 25,0490 29,8950 27,8144 26,0658 27,2185
Bahan kering sampel (%) 91,9044 91,8582 91,2482 91,0554 8
Berat bahan organik sampel ( % ) 90,3013 90,0474 90,1292 90,9683 94,0319
Berat cawan (gram) 18,2774 21,4834 21,0498 20,6989 30,2844
Berat cawan+sampel (gram) 19,7445 22,9192 22,5512 22,1903 31,7388
Berat cawan+sampel oven 1050c (gram) 19,6533 22,8023 22,4198 22,0569 31,5913
Berat cawan +sampel pijar 6000c(gram) 18,4226 21,6263 21,1980 20,8336 -
Berat sampel (gram) 1,4971 1,4358 1,5014 1,4914 1,4544
Kadar air (%) 8,0956 8,1418 8,7518 8,9446 10,1416
Bahan kering (%) 91,9044 91,8582 91,2482 91,0554 89,8584
Kadar abu (%) 9,6987 9,9526 9,8708 9,0317 -
Bahan organik (%) 90,3013 90,0474 90,1292 90,9683 -
Berat bahan kering sampel awal (gram) 0,4662 0,4637 0,4566 0,4568 0,4506
Berat bahan organik sampel awal (gram) 0,4210 0,4175 0,4115 0,4155 0,4237
Berat bahan kering sampel sisa (gram) 0,2863 0,3115 0,3082 0,3071 0,3163
Berat bahan organik sampel sisa (gram) 0,2770 0,2880 0,2849 0,2839 0,2888
Berat bahan kering blangko (gram) 0,0208 0,0208 0,0208 0,0208 0,0208
Berat bahan organik blangko (gram) 0,0262 0,0262 0,0262 0,0262 0,0262
KCBK (%) 43,0502 37,3086 37,0565 37,3248 34,4208
KCBO (%) 40,4276 37,2934 37,1324 37,9783 38,0222
Pembahasan Praktikum
Dalam praktikum kecernaan in vitro dan in vivo terdapat metode yang terdiri dari dua fase dimana kedua fase tersebut masing-masing menyerupai atau meniru pencernaan bahan pakan yang terjadi di alat pencernaan ruminansia yaitu fase satu seperti yang terjadi di dalam rumen dan fase dua seperti yang terjadi didalam usus.Teknik kecernaan in vitro adalah teknik penentuan kecernaan yang dilakukan secara kimiawi di laboratorium dengan meniru proses pencernaan yang terjadi di dalam tubuh ternak ruminansia.Kelebihan dari metode ini yaitu jumlah sampel yang digunakan sedikit tetapi dapat menentukan kecernaan sampel dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penelitian in vitro adalah larutan penyangga, suhu fermentasi, derajat keasaman (pH) yang optimum, sumber inokulum, periode fermentasi, mengakhiri fermentasi dan prosedur analisis.Kualitas kecernaan pakan melalui uji in vitro dapat diukur melalui nilai koefisien cerna bahan kering.
Pada tehnik kecernaan in vitro ini, terdapat pepsin 6 ml yang ditambahkan ke dalam cairan rumen. Hal ini dilakukan untuk mencontoh enzim yang terdapat di dalam rumen. Dimana pepsin ini sendiri dibuat dari pepsin pekat 2% dengan HCl 0,1 N. fungsi utama pepsin adalah memecah atau mencerna protein yang terdapat di dalam bahan pakan. Di dalam rumen, HCl atau asam lambung berkerjasama dengan pepsinogen untuk membentuk pepsin. Dan segera merombak protein ke dalam rantai peptida.
Disin cairan rumen yang kami ambil di RPH menggunakan termos. Dimana termos tersebut telah diisi dengan air panas. Tujuannya adalah unutk menjaga keadaan cairan rumen ketika dimasukkan ke dalam termos yang sebelumnya telah dibuang airnya menjadi stabil. Dan juga proses penyaringan digunakan penyaring plastik. Hal ini mengacu kepada teori, bahwa mikroba yang terdapat di dalam cairan rumen adalah mikroba pencerna selulosa. Jika menggunakan kain sebagai penyaring maka akan dicerna oleh mikroba tersebut.
Setelah itu, kami juga melakukan penggojokan. Hal ini bertujuan untuk merubah suasana atau kondisi cairan rumen yang terdapat di dalam tabung pripiline. Hal ini mencontoh proses remastikasi yang terjadi pada lambung ternak ruminansia untuk merubah suasana pakan yang telah menjadi bolus. Disamping itu juga, ketika pengambilan cawan dan sampel yang akan ditimbang setelah proses oven 105oC atau tanur 600oC yang berada di dalam desikator harus menggunakan tang penjepit. Tujuan untuk menghindari kontak langsung dengan tangan, karena kemungkinan jika diambil menggunakan tangan langsung, terdapat partikel-partikel lain yang akan menempel pada cawan sehingga akan mempengaruhi nilai penimbangan. Dan jika itu terjadi, secara tidak langsung akan mempengaruhi proses perhitungan.
Yang menjadi tujuan dasar dalam praktikum ini adalah menentukan nilai kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sampel pakan.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan nilai KCBK(%) yang diperoleh dari hasil pratikum kelompok 7 adalah 37,3086 berarti hasil dari KCBK sangat baik begitu pula dengan nilai KCBO (%) adalah 37,2934 nilai KCBO sangat baik. serta cairan rumen harus kita ikut sertakan karena masih mengandung berat bahan kering dan berat bahan organik . blangko seolah hitam karna 2 kali 24 jam diusus halus tidak ada sampel didalamnya,hanya ada saliva buatan dan cairan rumen.
BAB V
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan dapat di simpulkan bahwa :
Teknik kecernaan in vittro memiliki keuntungan lebih singkat, lebih ekonomis, tidak adanya resiko kematian pada ternak, dan prediksi yang tidak berbeda jauh dengan metode in vivo.
Metode in vitro (metode tabung) harus menyerupai sistem in vivo agar dapat menghasilkan pola yang sama sehingga nilai yang di dapat juga tidak terlalu berbeda jauh dengan pengukuran secara in vivo.
Saran
Diharapkan kepada semua praktikan untuk datang tepat waktu dan mematuhi semua tata tertib praktikum, serta memperhatikan langkah kerja praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum.Dan di harapkan juga kepada semua praktikan agar melakukan penimbangan sampel dengan teliti dan berhati-hati agar praktikum berjalan dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, J. 2010. Evaluasi Kecernaan In Vitro Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar Penggunaan Kulit Buah Jagung Amoniasi dalam Ransum Ternak Sapi. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan.
Anonym, 1989.Hijauan Makanan Ternak. Departemen Pertanian Balai Informasi Pertanian.
Daryanto, Arief. 2009. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. IPB Press. Bogor.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak.Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Hanis. 2013. Laporan Praktikum PBMT Penentuan Daya Cerna pada Unggas Monogastrik (Ayam Broiler). Artikel Ilmiah.
Harahap, N.2007. Pelaksanaan Pengelolaan da Pemanfaatan Jerami Padi untuk Pakan.Dalam : M. Soejono, A. Musafie, R. Utomo, N. K Warmdam dan J. B. Schiee (Editor).Crop Residues for Feed and other Purpose. Bioconvertion Project Second Workshop on Crop Residues for Feed and other Purpose.Grati. P.
Jayanegara, A. 2009.Kinetika Produksi Gas, Kecernaan Bahan Organik dan Produksi Gas Metana In Vitro pada Hay Dan Jerami disuplementasi Hijauan Mengandung Tanin. Media Peternakan.
Reksohadiprojo.S, 1981.Produksi Hijauan Makanan Ternak DI Daerah Tropik. BPRE.Yogyakarta.
Soebarinoto, S.at al. 1990. Ilmu Gizi Ruminansia. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak. IPB. Bogor.
Subandriyo. 2000. Pendugaan Kualitas Bahan Pakan untuk Ternak Ruminansia. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tillman AD, H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusomo, S. Lebdosoekojo, 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Pres:.Yogyakarta.
Van Soest, P.J. 1983. Nitrogen Fraction in NDF, Proc dist, Feed conf.
Van, Thonnny. 2014. Makalah Kecernaan Ternak. http://vanthonny .blogspot .com / 2014 /12/makalah-kecernaan-ternak-bab-i.html (Diakses 02 Januari 2017).
Zakariah, M. A. 2012. Evaluasi Kecernaan Beberapa Bahan Pakan pada Ternak Peranakan Ongole (PO) dan Peranakan Frisien Holstein (PFH).Skripsi Fakultas Peternakan Pniversitas Gadjah Mada Yogyakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan
Kecernaan BK (%) =
(Berat sampel awal BK-(Berat smpel sisa BK-Berat BK blank)/(Berat sampel awal BK) X100%
Kecernana BO (%) =
(Berat sampel awal BO-(Berat smpel sisa BO-Berat resedu blank)/(Berat sampel awal BO) X100%
Kadar Air (%) =
((Berat cawan+sampel)-(Berat cawan+sampel 150℃))/((Berat cawan+sampel)-(Berat cawan kosong) ) X100%
= (22,9192-22,8023)/(22,9192-21,4834) X 100%
= 0,1169/1,4358 X 100%
= 8,1418%
Kadar BK (%) = 100%-% Kadar Air
= 100%-8,1418%
= 91,8582%
Kadar Abu (%) =
((Berat cawan+sampel 600℃)-(Berat cawan kosong))/((Berat cawan+sampel)-(Berat cawan kosong) ) X100%
= (21,6263-21,4834)/(22,9192-21,4834) X 100%
= 0,1429/1,4358 X 100%
= 9,9526%
Kadar BO (%) = 100%-% Kadar Abu
= 100%-9,9526%
= 90,0474%
Berat sampel awal BK =
= (% BK)/100 X Berat sampel
= 91,8582/100 X 0,5049
= 0,4637 gram
Bert sampel awal BO =
= (% BO)/100 X Berat sampe awal BK
= 91,0474/100 X 0,4637
= 0,4175 gram
Berat sampel sisa BK =
=(Berat crussible+sampel 105℃)-(Berat kosong crussible)
=30,1830 – 29,8715
= 0,3115 gram
Berat Sampel sisa BO =
=(Berat crussible+sampel 105℃)-(Berat crussible+sampel 600℃)
=30,1830 – 29,8950
= 0,2880 gram
Kecernaan BK =
({(Berat sampel awal BK)- [(Berat sampel sisa BK)- (Blank BK)]}X 100)/(Berat sampel awal BK)
= ({0,4637-(0,3115-0,0208)}X 100% )/0,4637
= ((0,4637-0,2907)X 100%)/0,4637
=29,07/0,4637
= 62,6913%
Kecernaan BO =
({(Berat sampel awal BO)- [(Berat sampel sisa BO)- (Blank BK)]}X 100)/(Berat sampel awal BO)
= ({0,4175-(02880-0,2907)}X 100% )/0,4175
= ((0,4175-0,2618)X 100%)/0,4175
=15,57/0,4175
= 37,2934%
Minggu, 15 Januari 2017
laporan HMT
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN MAKANAN TERNAK
OLEH :
NAMA : ST.NURHAJA
NIM : B1D015233
KELAS : 3C2
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum pengamatan beberapa jenis hijauan makanan ternak ini.
Adapun tujuan dalam pembuatan laporan ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah ilmu tanaman hijauan makanan ternak. Selain itu, tujuan diadakan praktikum ini juga supaya kami dapat mengetahui jenis-jenis makanan ternak baik itu jenis legume ataupun jenis rumput.
Laporan ini sangat jauh dari kesempurnaan , sehingga di butuhkan kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan dari semua pihak demi kemajuan dan semangat belajar saya kedepannya.
Demikian, Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Mataram, 07 Januari 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENAGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Germinasi
2.2 Budidaya
2.3 Indetifikasi pengenalan hijauan pakan ternak
BAB III: MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu Dan Tempat
3.2 Materi Praktikum
3.2.1 Alat Praktikum
3.2.2 Bahan Praktikum
3.3 Metode Praktikum
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
4.2 Pembahasan Praktikum
BAB V: SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1.Hasil Pengamatan Biji Lamtoro…………………………………………
Tabel 4.1.2.Hasil Pengamatan Budidaya Bedengan A………………………………
Tabel 4.1.3.Hasil Pengamatan Budidaya Bedengan B………………………………
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1.4.Hasil Pengamatan Legum Putri Malu (Mimosa Pudica )
Gambar 4.1.5. Hasil Pengamatan Legum Petikan Kerbau (Euphorbia Hirta)…….....
Gambar 4.1.6. Hasil Pengamatan Legum Kalopo (Calopogonium mucunoides)…….
Gambar 4.1.7. Hasil Pengamatan Legum Turi (Sesbania grandiflora)……………….
Gambar 4.1.8. Hasil Pengamatan Legum Meniran (Phyllanthus Urinaria)…………..
Gambar 4.1.9. Hasil Pengamatan Legum Lamtoro (Leucaena glauca)……………….
Gambar 4.1.10. Hasil Pengamatan Legum Siratro (Macroptilium antropurpureum)….
Gambar 4.1.11. Hasil Pengamatan Rumput Signal (Brachiaria decumbens Stapf) …
Gambar 4.1.12. Hasil Pengamatan Legum Clotalaria SP……………………………...
Gambar 4.1.13. Hasil Pengamatan Legum Bandotan (Angeratum conyzoides L.)……
Gambar 4.1.14. Hasil Pengamatan Legum Sentro (sentrosema pubescens)……………
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1.1.1. Germinasi
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua aktifitas kehidupan yang tidak dapat dipisahkan, karena prosesnya berjalan bersamaan. Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible, atau tidak dapat kembali ke bentuk semula. Perkembangan adalah peristiwa perubahan biologis menuju kedewasaan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh (metamorfosis) dan tingkat kedewasaan.
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun dari udara (dalam bentuk uap air ataupun embun). Efek yang terjadi membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan biji yang melunak
1.1.2.Budidaya tanaman
Kegiatan budidaya tanaman pertanian merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal oleh peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Sejalan dengan peningkatan peradaban manusia, teknik budidaya tanaman juga berkembang menjadi berbagai sistem. Mulai dari sistem yang paling sederhana sampai sistem yang canggih. Berbagai teknologi budidaya dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan.
Kebutuhan akan bahan pangan senantiasa menjadi permasalahan yang tidak ada habisnya. Kekurangan pangan seolah-olah sudah menjadi persoalan kompleks bagi manusia. Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok tanam merupakan kebudayaan manusia yang paling tua. Teknik budidaya tanaman adalah proses menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan memanfaatkan sumber daya tumbuhan. Cakupan obyek budidaya tanaman meliputi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
Budidaya tanaman ini untuk memperoleh hasil yang optimal diperlukan persiapan lahan untuk media tanam yang baik, pemilihan benih yang baik melalui uji fisik, penanaman dengan memperhatikan jarak tanam, pemeliharaan terhadap tanaman dengan melalukan penyiraman, penyiangan, pendangiran dan pengendalian hama, gulma dan penyakit serta yang terakhir adalah pemanenan dengan kriteria tanaman yang sudah masak. Sedangkan perlakuan yang juga penting adalah harus tersedianya makanan dan nutrisi yang cukup seperti perlakuan pemupukan. Pemupukan dengan pupuk organik untuk menambah hara dalam tanah seperti Urea, Sp36 dan KCL. Pupuk organik yang biasanya digunakan adalah pupuk kandang. Selain dipupuk dengan pupuk kandang, pemberian pupuk harus sesuai dengan dosis yang dibutuhkan oleh tanaman.
Pemilihan varietas tanaman serta kondisi lingkungan serta tanah yang baik dan mendukung sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Faktor yang harus diperhatikan adalah faktor abiotik dan biotik. Lingkungan tumbuh tanaman dapat digolongkan ke dalam lingkungan abiotik berupa tanah atau medium/substrat lainnya dan iklim atau cuaca dan lingkungan biotik berupa makhluk hidup lainnya. Tanah atau medium/substrat merupakan pemasok hara dan air yang diperlukan tanaman selain sebagai tempat hidup komponen biotik, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Iklim terdiri dari unsur/unsur seperti udara, angin, suhu, kelembaban udara, cahaya matahari, dan hujan. Lingkungan biotik meliputi hama, penyakit dan gulma yang merugikan dan makhluk lainnya yang menguntungkan tanaman.
1.1.3.Indetifikasih pengenalan hijauan pakan ternak
Hijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak. Sehingga hijauan makanan ternak dijadikan sebagai salah satu bahan makanan dasar dan utama untuk mendukung peternakan ternak ruminansia, terutama bagi peternak sapi potong ataupun sapi perah yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan. Kebutuhan hijauan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang dimiliki. Kendala utama di dalam penyediaan hijauan pakan untuk ternak terutama produksinya tidak dapat tetap sepanjang tahun. Pada saat musim penghujan, produksi hijauan makanan ternak akan melimpah, sebaliknya pada saat musim kemarau tingkat produksinya akan rendah, atau bahkan dapat berkurang sama sekali.
Ketersediaan hijauan makanan ternak yang tidak tetap sepanjang tahun, maka diperlukan budidaya hijauan pakan, baik dengan usaha perbaikan manajemen tanaman keras atau penggalakan cara pengelolaan penanaman rumput unggul sehingga mutu setiap jenis hijauan yang diwariskan oleh sifat genetik bisa dipertahankan atau ditingkatkan. Dengan cara demikian kekurangan akan hijauan pakan dapat diatasi, sehingga nantinya dapat mendukung pengembangan usaha ternak ruminansia yang akan dilakukan .
Makanan hijauan merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Kelompok tanaman ini adalah rumput (graminae), leguminosa dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Kelompok hijauan biasanya disebut makanan kasar. Hijauan yang diberikan ke ternak ada dalam bentuk hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar adalah makanan yang berasal dari hijauan dan diberikan ke ternak dalam bentuk segar. Sedangkan hijauan kering adalah hijauan yang diberikan ke ternak dalam bentuk kering (hay) atau disebut juga jerami kering. Hijauan segar dan hijauan kering dapat dibudidayakan dengan memperhatikan mutu hijauan tersebut yaitu sifat genetik dan lingkungan (keadaan tanah daerah, iklim dan perlakuan manusia) agar dapat memenuhi kebutuhan gizi makanan setiap ternak dan membantu peternak mengatasi kesulitan dalam pengadaan makanan ternak. Dalam mengusahakan tanaman makanan ternak untuk mandapatkan hijauan yang produktivitasnya tinggi maka perlulah tanaman makanan ternak diusahakan secara maksimal mulai dari pemilihan lokasi, pemetaan wilayah, pengelolaan tanah, pemilihan bibit, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen dan usaha–usaha untuk memepertahankan dan meningkatkan mutu (pascapanen) sampai dengan penanganan hijauan sebelum dikonsumsi ternak.
1.2. Tujuan dan Kegunaan Praktikum
1.2.1. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum dari germinsai, budidaya, dan indetifikasih tanaman pakan ternak di antaranya yaitu :
Untuk mengetahui persentase daya tumbuh dari benih Kecepatan berkecambah
Untuk mengenal, mempelajari dan memberikan ketrampilan kepada mahasiswa tentang teknik-teknik budidaya komoditas hortikultura.
Untuk mengetahui perbedaan tanaman pakan ternak alam
1.2.2. Kegunaan Praktikum
Adapun kegunaaan dalam praktikum ini yaitu:
Agar mahasiswa dapat mengetahui kecepatan daya kecambahan benih lamtoro
Agar mahasiswa dapat mengetahui perbedaan pertumbuhan tanpa perlakuan dengan air dan dengan perlakuan goresan
Agar mahasiswa dapat mengetahui cara menanam biji clitoria pada bedengan yang telah di buat
Agar mahasiswa dapat megetahui indetifikasi pakan ternak alam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Germinasi
Perkecambahan (germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan (Amaturrahim dan Aisyah,2013).
Germinasi atau pertunasan biji adalah suatu proses yang melibatkan metabolisme, respirasi, dan hormonal. Mula-mula, biji kering menyerap air untuk memulai pemecahan enzimatis cadangan metabolit. Selama germinasi, cadangan makanan (protein, lemak dan minyak) dimetabolisme untuk memperoleh energi (ATP), juga DNA dan RNA. RNA dibutuhkan untuk produksi enzim hidrolitik tertentu seperti amilase, protease dan lipase. Hasil dari proses biokimia dan enzimatik ini adalah produksi sel baru dan pembentukan jaringan baru yang mengawali pertumbuhan dan perkembangan embrio menjadi kecambah (Su'i,2010).
Perkecambahan biji terjadi dalam lima tahap. Tahap pertama dimulai dengan penyerapan air oleh biji. Biji mulai lunak dan terjadi hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi biji. Tahap ketiga adalah tahap penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk-bentuk terlarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh. Tahap keempat merupakan asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi ke daerah meristematik untuk menghasilkan energi untuk pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima dalah proses pembelahan, pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh, tahap ini merupakan tahap pertumbuhan dan perkecambahan terakhir (Hadi,2011).
Dormansi adalah masa istirahat, artinya kemampuan biji untuk menangguhkan perkecambahannya sampai pada saat dan tempat yang mengguntungkan baginya untuk tumbuh. Hal yang menyebabkan terjadinya dormansi yaitu adanya rudimentary embryo. Di dalam keadaan seperti ini, embrio belum mencapai tahap kematangan (immature embryo) sehingga memerlukan waktu untuk siap berkecambah(Campbell,2003).
Faktor lain yang cukup menentukan terhadap keberhasilan perkecambahan adalah faktor kematangan biji (seed maturity). Adapun faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses perkecambahan yaitu air, udara, temperatur, cahaya, dan zat kimia yang mendukung pada proses perkecambahan.Air adalah salah satu faktor lingkungan yang sangat diperlukan dalam perkecambahan. Adanya air sangat penting untuk aktivitas enzim dan penguraiannya, translokasi dan untuk keperluan fisiologis lainnya (Facruddin,2000).
Kelembapan harus memadai yang secara relatif dibutuhkan sebagai tahap awal dari perkecambahan. Air membantu lapisan biji dan memfasilitasi pergerakan oksigen ke dalam biji sehingga air merupakan media dimana material berpindah dari satu bagian biji ke bagian lainnya yang dibutuhkan tumbuhan seperti pencernaan makanan dan pernafasan. Jika kecukupan kuantitas oksigen tidak terpenuhi, respirasi akan dikurangi dan energi yang diperlukan untuk menumbuhkan embrio berkurang. Jarak temperatur untuk perkecambahan bervariasi, namun perkecambahan biji yang terbaik terjadi pada suhu 650 F sampai 830 F. dalam (Amaturrahim dan Aisyah,2013).
2.2.Budidaya
Hijaun yang dapat rerumputan ,legume dan sebagai kecil berupa daun-daun, batang dan kuncup tanama yang berkayu yaitu tanaman herbal berdaun lebar bukan legume,terdapat pula istilah lain yang berhubungan dengan hijauan pakan yaitu daun, batang,akar dan bijidari tanaman berkayu.Hijauan makanan ternak terdiri atas jenis rumput-rumputan (graminaae),perdu atau semak dan pepohonan.Spesies hijauan yang memiliki potensi tinggi sebagai hijauan makanan ternak,antara lain: rumput- rumputan,perdu/semak dan legume pohon. (Anonim,2013).
Leguminosa adalah tanaman dikotiledon bijinya terdiri dari dua kotiledon atau disebut juga berkeping dua.Famili tanaman leguminosa terbagi atas tiga sub-famili yaitu mimosaceae,caesalpinaceae dan papilionaceae.Mimonasaceae adalah tanaman perdu berkayu dengan bunga biasa sendangkan Caesalpinaceae mempunyai bunga irregular.Adapun papilionaceae adalah tanaman semak berkayu dengan bunga papilionate atau berbentuk seperti kupu.Antar jenis leguminosa terdapat perbedaan morfologi,umumnya system perakaran leguminosa terdiri atas akar primer yang aktif dan mempunyai cabang-cabang sebagai akar sekunder.Akar primer (tap root) tumbuh jauh kedalam tanah,system perakaran itu umumnya terinfeksi oleh bakteri dari spesies Rhizobium sehingga terbentuk bintil-bintil atau nodul-nodul akar .Antara bakteri dan tanaman leguminosa terjdi simbiose mutualistic.Untuk pertumbuhannya,bakteri menggunakan nitrogen yang diserap dari udara dan kemudian populasi bakteri yang mati menjadi sumber nitrogen untuk pertumbuhan tanaman leguminosa (Dedi,2013).
Pengembangan hijauan pakan unggul melalui penmanfaatan limbah ternak dalam upaya mendukung pengembangaan ternak sapi yang ramah lingkungan,salah satu upaya yang dapt dilakukan mengantisipasi rendahnya daya dukung lahan tersebut adalah dengan penmanfaatan tegalan sabagai kebun hijauan pakan melalui improve pasture (meningkatkan jumlah padang rumput) dengan menggunakan jenis hijauan unggul.Dengan pemanfaat limbah ternak sebagai pupuk organis kompos (bokashi) dan pupuk organic cair serta sebagai sumber energy (biogas) untuk bahan bakar memasak dan membangkit tenaga listrik,kita dapat menciptakan system pengembangan ternak sapi yang ramah lingkungan dan juga menmanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk , sehingga dapat dikembangkan ternak sapi sekitar 10 ekor per hektar (Feri,2012).
Pengolahan Tatalaksana Ladang
Menurut (Edo, 2012) untuk mendapatkan hasil yang memuaskan terhadap budi daya tanaman makanan ternak perlu perlakuan pengelolaan yang baik dan cepat untuk mendapatkan pertumbuhan, produksi dan mutu tanaman yang tinggi. Pengelolaan ini mulai dari pemilihan lokasi, pemilihan bibit sebagai bahan penanaman dan pengolahan tanah dan penanaman.
Pemilihan lokasi
Dalam menentukan tempat atau lokasi yang hendak dipakai sebagai area penanaman hijauan, baik sebagai produksi potongan ataupun penggembalaan.
Pemilihan bibit dan bahan penanaman
Pemilihan bibit sekiranya sesuai dengan lingkungan setempat, mudah dikembangkan dan dikelola dan kemungkinan bisa memberikan produksi yang lebih tinggi. Sedangkan bahan penanaman yang umum dipergunakan sebagai bibit ialah biji, pols dan stek.
Pengolahan tanah dan penanaman
Maksud pengolahan tanah yaitu untuk mempersiapkan media tumbuh yang optimal bagi suatu tamanan dan umumnya dilakukan pada akhir musim kemarau. Sedangkan tahap-tahap pengolahan tanah yang baik meliputi land-clearing, pembajakan dan penggaruan.
Membersihkan areal (Land-clearing)
Bermaksud membersihkan areal terhadap pepohonan, semak-semak dan alang-alang atau tumbuhan lainnya dengan mempertimbangkan beberapa jenis pepohonan sebagai pelindung, peneduh dan pencegah erosi.
Pembajakan (Ploughing)
Bermaksud untuk memecah lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah sehingga mempercepat proses mineralisasi bahan-bahan organik.
Penggaruan (Harrowing)
Penggaruan atau penggemburan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan besar menjadi struktur remah, sekaligus membersihkan sisa-sisa perakaran tumbuh-tumbuhan liar.
Penanaman dimulai pada awal musim penghujan, segera setelah tanah itu selesai diolah dengan sempurna. Hijauan yang ditanam dengan syarat produktivitas persatuan luas cukup tinggi, nilai palatabilitasnya cukup baik, toleran terhadap lingkungan (mampu dan cepat beradaptasi dengan tanah dan iklim setempat), mudah dikembangbiakkan dan nilai gizinya cukup tinggi (Suyitman, 2003).
2.3.Indetifikasih pengenalan hijauan pakan ternak
Identifikasi genus atau species hijauan pakan menjadi semakin penting untuk dilakukan mengingat semakin pentingnya arti hijauan pakan bagi kebutuhan ternak khususnya ruminansia. Identifikasi hijauan pakan khususnya rumput dapat dilakukan berdasarkan tanda-tanda atau karakteristik vegetatif.Hijauan pakan dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yakni jenis rumput-rumputan dan jenis daun- daunan. Hijauan pakan rumput-rumputan dapat berupa rumput lapangan atau rumput unggul. Hijauan pakan daun-daunan yang gizinya paling baik adalah daun leguminosa. Jenis leguminosa umumnya memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput-rumputan (Sukamto,2006).
Spesies tanaman pakan ada empat macam yaitu graminae, legume, ramban dan limbah. Kelompok graminae atau rumput sebangsa padi digolongkan ke dalam dua golongan yaitu rumput alam dan rumput potong atau budidaya. Rumput alam atau yang biasa disebut rumput ladang adalah rumput yang tumbuh secara liar di tanah- tanah terbuka, jenis rumput yang tumbuh bersifat heterogen, misal rumput teki dan rumput pahit. Rumput alam merupakan salah satu hijauan pakan yang banyak digunakan sebagai pakan ternak ruminansia kecil. Namun ketersediaan dan kandungan nutrisinya sangat dipengaruhi iklim dan jenis tanah, dimana produksinya berlimpah dengan kualitas baik yaitu 7-8% protein kasar pada musim hujan, kemudiaan akan turun drastis menjadi sangat rendah hingga 2-3% pada musim kemarau (Lay, 2009).
Kelompok ramban adalah tanaman yang didapat dari tanaman yang sengaja bukan untuk diambil daunnya sebagai pakan ternak tetapi bagian lain. Hijauan yang termasuk ke dalam jenis ini yaitu daun nangka, daun dadap, dan gamal. Biasanya ramban merupakan sumber karbohidrat serta memiliki kandungan protein yang cukup tinggi (Rahardjo, 2002).
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu dan Tempat Germinasi
Adapun praktikum tentang germinasi (perkecambahan) ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 26 Oktober 2016,Pukul 4.00 sampai selesai tempat di Laboratorium Hijauan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
Waktu dan Tempat Budidaya
Adapun praktikum tentang budidaya ini di laksanakan pada minggu tanggal 27 November 2016,pukul 7.30 sampai selesai tempat di Sandongan.
Waktu dan Tempat Indetifikasi Pengenalan Hijauan Makanan Ternak Alam
Adapun praktikum tentang indetifikasi pengenalan hijauan makanan ternak alam di laksanakan pada hari minggu tanggal 25 Desember 2016,pukul 6.00 sampai selesai di Jalan Lingkar.
3.2. Materi Praktikum
Alat
Adapun alat yang di gunakan pada germinasi,budidaya dan indetifikasi pengenalan hijauan tanaman pakan ternak alam dalam praktikum ini, yaitu:
Spidol
Kapas
Penggaris
Wadah / Nampan
Botol Semprot
Amplas
Cangkul
Meter
Tali Raffia
Buku Tulis
Polpen
Bahan
Adapun bahan yang di gunakan pada germinasi,budidaya dan indetifikasi pengenalan tanaman pakan ternak alam dalam praktikum ini, yaitu:
Biji Lamtoro
Air Dingin
Biji Clitoria
3.3. Metode Praktikum
Adapun metode yang dilakukan pada germinasi,budidaya dan indetifikasi pengenalan tanaman pakan ternak alam dalam praktikum ini, yaitu
3.3.1.Germinasi
Mengambil biji lamtoro sebanyak 150 butir
Menggores bagian pingir biji lamtoro agar lebih mudah menyerap air dengan amplas
Menggaris pada wadah / nampan. Tujuan dari penggarisan tersebut yaitu untuk menentukan jarak agar letak dari biji-biji tersebut teratur (tidak rapat dan tidak renggang )
Menaruh kapas diatas wadah / nampan yang telah disediakan secara merata
setelah itu, melatakkan biji lamtoro pada wadah / nampan.
Menyiram biji dengan semprotan yang berisi air hingga basah
Mengamati percobaan setiap hari secara bergantian oleh masing-masing anggota kelompok
3.3.2. Budidaya
Menyiapkan alat dan bahan
Mengolah tanah yang akan dijadikan bedengan lalu di ukur dengan meter
Memberikan batasan dengan tali raffia pada bedengan agar kelihatan rapi
Menanam biji clitoria sebanyak 3 biji setelah beberapa hari dapat melihat masa pertumbuhan pada tanaman
Mengukur tanaman dengan penggaris setelah itu mencatat hasil yang di ukur
3.3.3.Indetifikasi pengenalan tanaman pakan ternak alam
Menyiapkan alat dan bahan
Melakukan pengenalan rumput dan legume agar dapat mengetahui perbedaan legume
Menuliskan nama-nama legume yang di dapatkan lalu di foto
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Nama Tanaman : Biji Lamtoro ( Leucaena leucecophala)
Jumlah Biji : 150 Biji
Asal Benih :
Perlakuan Sebelum Tanam : Tanpa Perlakuan
Tanggal Tanam :26 Oktober 2016
Tabel 4.1.1.Hasil Pengamatan Biji Lamtoro
Pengamatan Biji yang tumbuh Jumlah Tanaman Yang Tumbuh Normal Keterangan
Tanggal Ke
27 Okt 2016 1 0 - Belum Tumbuh
28 Okt 2016 2 34 34 biji tumbuh normal Mulai tumbuh
29 Okt 2016 3 15 49 biji tumbuh normal Mulai tumbuh
30 Okt 2016 4 16 65 biji tumbuh normal Mulai tumbuh setinggi 0,2-0,4 cm
31 Okt 2016 5 31 96 biji tumbuh normal Mulai tumbuh setinggi 3,1-7,5 cm
1 Nov 2016 6 20 116 biji tumbuh normal Tumbuh setinggi 4-9
2 Nov 2016 7 44 122 biji tumbuh normal Tumbuh setinggi 5-10
3 Nov 2016 8 5 127 biji tumbuh normal Tumbuh setinggi 10,5 cm, akar-akar terlihat jelas
4 Nov 2016 9 9 136 biji tumbuh normal Tumbuh setinggi 10,5-11 cm, akar semakin panjang
5 Nov 2016 10 0 136 biji tumbuh normal Tumbuh setinggi 11-12,1 cm, akar semakin panjang
6 Nov 2016 11 0 136 biji tumbuh normal Bertambah tinggi sekitar 12,1 – 15 cm, akar semakin panjang dan saling bertumpukkan
7 Nov 2016 12 2 138 biji tumbuh normal Bertambah sekitar 16,6 cm dan daun hijau muda bertambah kokoh dan panjang
8 Nov 2016 13 3 141 biji tumbuh normal Tumbuhan semakin panjang sekitar 18 cm dan cenderung merunduk ke bawah
9 Nov 2016 14 1 142 biji tumbuh normal Tumbuhan semakin panjang dan cenderung merunduk ke bawah.
VI 42,895 1
CV 18,348 %
Daya Tumbuh
Tabel 4.1.2.Hasil Pengamatan Budidaya Bedengan A
Minggu ke 1 2 3 4 Rata-Rata
Tidak tumbuh 1 17 17 17 17
2 20 17 17 17
3 16 12 11 11
4 43 21 22 22
5 19 20 20 20
6 13 21 13 15
Jumlah 128 99 100 102 429
Tumbuh 1 24 - - -
2 21 1 - -
3 25 3 - -
4 18 1 - -
5 22 - - -
6 28 - - -
Jumlah 138 5 0 0 143
Perkembangan 1 - 24 24 24
2 - 23 24 24
3 - 29 30 30
4 - 19 19 19
5 - 21 21 21
6 - 29 28 26
Jumlah 0 142 138 144 424
Tabel 4.1.3.Hasil Pengamatan Budidaya Bedengan B
Minggu ke 1 2 3 4 Rata-Rata
Tidak tumbuh 1 6 5 5 5
2 8 8 8 8
3 10 10 10 10
4 11 11 11 11
5 13 13 13 13
6 7 7 7 7
7 4 4 4 4
Jumlah 59 58 58 58 233
Tumbuh 1 11 1 - -
2 9 - - -
3 7 - - -
4 6 - - -
5 4 - - -
6 10 - - -
7 13 1 - -
Jumlah 60 2 o o 62
Perkembangan 1 - 11 12 12
2 - 9 9 9
3 - 7 7 7
4 - 6 6 6
5 - 4 4 4
6 - 10 10 10
7 - 12 13 13
Jumlah 0 64 61 61 186
Gambar 4.1.4.Hasil Pengamatan Legum Putri Malu (Mimosa Pudica )
Gambar 4.1.5. Hasil Pengamatan Legum Petikan Kerbau (Euphorbia Hirta)
Gambar 4.1.6. Hasil Pengamatan Legum Kalopo (Calopogonium mucunoides
Gambar 4.1.7. Hasil Pengamatan Legum Turi (Sesbania grandiflora)
Gambar 4.1.8. Hasil Pengamatan Legum Meniran (Phyllanthus Urinaria)
Gambar 4.1.9. Hasil Pengamatan Legum Lamtoro (Leucaena glauca)
Gambar 4.1.10. Hasil Pengamatan Legum Siratro (Macroptilium antropurpureum)
Gambar 4.1.11. Hasil Pengamatan Rumput Signal (Brachiaria decumbens Stapf)
Gambar 4.1.12. Hasil Pengamatan Legum Clotalaria SP
Gambar 4.1.13. Hasil Pengamatan Legum Bandotan (Angeratum conyzoides L.)
Gambar 4.1.14. Hasil Pengamatan Legum Sentro (sentrosema pubescens)
4.2.Pembahasan
4.2.1. Germinasi
Pada hasil praktikum germinasi diatas dapat diketahui bahwa dari beberapa perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan dan memiliki waktu, daya tumbuh daya perkecambahan yang berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan, biji lamtoro ( Leucaena leucecophala) yang diberi perlakuan dengan cara dilukai mulai berkecambah pada hari ke dua dan memiliki akar pada hari delapan,sendangkan pada hari ke 12 memiliki daun.pada germinasi yang di amplas tampa di rendam mulai VI dengan perlakuan di amplas yaitu 10,195 sendangkan pada pada CV yaitu 18,348 %.
Adapun perhintungan VI (Indeks Vigor) pada germinasi yang di amplas tampa di rendam.
Perhitungan VI (Indeks Vigor)
VI=G1/D1+G2/D2+⋯+GN/DN
Tanpa Perlakuan =0/1+34/2+15/3+16/4+31/5+20/6+44/7+5/8+9/9+0/10+0/11+2/12+3/13+1/14
= 0+17+4++6,2+3,33+6,28+0,625+1+0+0+0,16+ 0,23+0,07
=10,195
Selain indeks vigor, pada germinasi juga dihitung koefisien vigor kecambah tersebut dengan rumus perhitungan :
CV=G1/G1D1+G2/G2D2+⋯+Gn/GnDn
Tampa perlakuan =(0/0.1+34/34.2+15/15.3+16/16.4+31/31.5+20/20.6+44/44.7+5/5.8+9/9.9+0/0.10+ 0/0.11+ 2/2.12+ 3/( 3.13)+1/1.14 )x 100%
=180/981 x 100%
=18,348 %
Setiap biji memiliki struktur yang berbeda-beda, khususnya mengenai kulit biji. Kulit biji merupakan struktur biji yang berkembang dari jaringan metabolisme yang semula melindungi bakal biji. Semakin masak, semakin tipis kulit biji, maka tingkat kedewasaan dari biji mempengaruhi perkecambahan dan siap untuk dijadikan benih. Biji yang dewasa memiliki tingkat perkecambahan dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan biji yang masih muda. Secara fisiologi, proses perkecambahan berlangsung dalam beberapa tahapan penting yaitu etabol air, etabolism pemecahan materi cadangan makanan, transport materi hasil pemecahan dari endosperm ke embrio yang aktif bertumbuh, proses-proses pembentukan kembali materi-materi baru, respirasi, dan pertumbuhan.
Benih yang dilukai bertujuan untuk mempercepat air untuk masuk ke dalam benih atau disebut dengan imbibisi. Cara kerja imbibisi yaitu air yang ada pada lingkungan akan masuk kedalam benih melalui kullit biji yaitu melalui membran permiabel. Setelah air masuk kedalam benih air tersebut akan mengaktifkan enzim- enzim agar laju metabolisme dalam benih dapat berjalan lancar. Setelah metabolisme dalam biji aktif maka proses perkecambahan pun akan terjadi. Perendaman dilakukan bertujuan untuk mengetahui proses masuknya air ke dalam benih. Perendaman untuk mengetahui laju imbibisi dari benih.
Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam meliputi tingkat kemasakan benih, jenis benih, ukuran benih, dormansi dan penghambat perkecambahan, sedangkan faktor dari luar adalah air, temperatur, oksigen, cahaya dan media yang digunakan. Kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan disebut vigor benih. kenormalan benih ditentukan berdasar ketegaran struktur tumbuh yang terdiri dari akar primer, akar seminal sekunder, hipokotil, kotiledon, dan daun pertama yang tumbuh pada kotiledon atau koleoptil dan daun pertama yang tumbuh didalamnya. Kriteria kecambah yang normal adalah kecambah yang mempunyai akar primer dan minimal mempunyai 2 akar seminal, hipokotil berkembang dengan baik tanpa ada kerusakan, pertumbuhan plumula sempurna,memiliki 2 kotiledon bagi tanaman dikotil. Kriteria kecambah yang abnormal adalah kecambah yang tidak mempunyai akar primer, jaringan hipokotil banyak yang rusak sehingga mengganggu pertumbuhan, tidak mempunyai kotiledon bagi tanaman dikotil, plumula berputar dan hipokotil membengkok.
Tujuan dari pengamplasan biji jagung adalah untuk mempertipis kulit biji agar air dan oksigen bisa masuk ke dalamnya. Hal ini terbukti bahwa pada biji jagung yang diamplas menunjukkan adanya proses perkecambahan yang baik. Hal ini juga membuktikan bahwa proses perkecambahan pada biji kulit tebal seperti biji jagung lebih lambat jika dibandingkan dengan biji berkulit tipis seperti kacang hijau sehingga diperlukan pengamplasan untuk mempercepat pematahan masa dormansi biji agar bisa berkecambah. Faktor genetik biji juga sangat berperan dalam proses perkecambahan biji yang menentukan cepat lambatnya proses perkecambahan biji maupun mampu tidaknya biji berkecambah (daya viabilitas biji).
4.2.2. Budidaya
Pada praktikum ini membahas tentang Hijauan Makanan Ternak (HMT) adalah Hijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak. Sehingga hijauan makanan ternak dijadikan sebagai salah satu bahan makanan dasar dan utama untuk mendukung peternakan ternak ruminansia, terutama bagi peternak sapi potong ataupun sapi perah yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan. Kebutuhan hijauan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang dimiliki. Makanan hijauan merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan.
Ada beberapa kelompok tanaman Hijauan Makanan Ternak adalah rumput (graminae), leguminosa dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Pada praktikum ini Hijauan Makanan Ternak (HMT) yang diamati yaitu clitoria
Dalam praktikum ini kami mendapatkan biji turi yang tidak berkualitas dan bahkan kebanayakan sudah dimakan sama rayap. Sehingga dalam praktikum ini biji clitoria yanag kami tumbuhkan lebih banyak yang tumbuh.
Clitoria ternatea adalah kuat, membuntuti, berebut atau memanjat legum tropis. puber jarang yang berasal sub-tegak dan kayu di dasar dan mungkin hingga 5 m panjang. Mereka membasmi hanya pada tips .Daun menyirip, bantalan 5-7 elips, selebaran panjang 3-5 cm. Bunga-bunga soliter atau berpasangan, biru atau putih murni, luas sekitar 4 cm. Buah yang datar, linear, jarang puber polong yang pecah kekerasan pada saat jatuh tempo dan membuang 8-10 biji gelap dan mengkilap Ada banyak ekotipe, agro-jenis dan kultivar yang berbeda dalam bunga dan leaflet. Banyak kultivar telah dibesarkan di Amerika Latin, terutama di Kuba dan Meksiko.Kembang Telang adalah berkualitas tinggi, legum yang kaya protein, sebuah "alfalfa tropis" sering disebut sebagai bank protein yang dapat tumbuh dengan biaya rendah.Ternak cenderung lebih suka atas kacang lainnya dan rumput dan oleh karena itu banyak dihargai sebagai legume padang rumput. Hal ini juga digunakan untuk sistem makan cut-and-carry dan memotong untuk jerami dan silase .Sebuah legum N-memperbaiki, Kembang Telang digunakan sebagai legume ley atau sebagai pupuk hijau. Ini adalah cover crop berharga dalam perkebunan karet dan kelapa. Polong muda dapat dimakan dan digunakan sebagai sayuran di Filipina Kupu-kupu kacang digunakan dalam pagar dan teralis sebagai hias untuk bunga mencolok nya, yang berharga untuk mewarnai dan di etno-obat Semua bagian dari Kembang Telang mengandung peptida disebut cliotides yang memiliki sifat anti-mikroba ampuh melawan Escherichia coli.
Kembang Telang mungkin berasal dari Amerika Latin atau Asia tetapi sekarang naturalisasi di semua daerah tropis semi kering dan sub-lembab dari Asia, Afrika dan Australia.Sebuah legum musim panas-cepat tumbuh, dapat menutupi tanah dalam waktu tidak lebih dari 30-40 hari setelah tanam dan hasil polong matang berjarak 110 sampai 150 hari. Hal ini secara alami ditemukan di padang rumput, hutan terbuka, semak, vegetasi sungai, dan terganggu tempat.
Faktor yang mempengaruhi pertubuhan dalam praktikum ini adalah
Faktor dalam
kemasakan biji
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemaakan fisiloginya tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi. Bahkan pada beberapa jenis tanaman biji yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Diduga pada tingkat demikian benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio belum sempurna.
b. Ukuran biji
Didalam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein, lemak, dan mineral. Dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan biji yang berukuran kecil.
c. Dormansi
Suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya viable ( hidup ) tetapi tidak mampu berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya. Periode dormasi ini dapat berlangsung musiman atau dapat juga selama beberapa tahun, trgantung pada jenis benih dan tipe dormansinya. Dormansi dapat disebabkan beberapa faktor anara lain impermebealitas kulit biji baik terhadap air atau gas ataupun karena resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis, embrio yang redimenter, “after ripening”, dormansi sekunder dan bahan-bahan penghambat perkecamahan. Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih, yang dikenal antara lain arutan dengan tingkatosmotik tinggi, misalnya larutan mannitol, larutan NaCl, herbisida, coumarin, auxin dan bahan lainnya.
Faktor luar
a. Air
Air merupakan salah satu syarat pentin bagi berlangsungnya roses perkecambahan benih. Dua faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah sifat dari benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang terdapat disekitar medium. Dalam praktikum ini kami melakukan penyiraman satu kali sehari yaitu pada saat waktu praktikum.
Cahaya
Kebutuhan cahaya setiap benih berbeda-beda tergantung jenis tanamannya. Namun pada umumnya cahya dibutuhkan dalm proses foto sintesis untuk memproduksi cadangan makanan yang dbutuhkan selama roses perkecambahan berlangsung. Kegiatan praktikum sekaligus pengamatan dilakukan pada ruang yang tidak terlalu tembus cahaya sehingga selama proses perkecambahan benih sulit mendapatkan asupan cahaya yang cukup. Walaupun cahaya matahari merupakan penghambat pertumbuhan (hormone Auksin) akibatnya tanaman di tempat gelap lebih cepat tumbuh. Walaupun dalam hal ini apabila tanaman kurang asupan cahaya matahari batang tanaman akan lembek dan kurus karena tidak ada yang membantu peruses fotosintesis yang berlangsung yang menyebabkan tanaman kekurangan nutrisi.
c. Bentuk bedengan
Bentuk bedengan juga menentukan kondisi tanaman yang kita tanam. Dalam praktikum ini kami mendapatkan satu setengah bedengan karena luas lahan tidak memungkinkan untuk mendapatkan bedengan lebih dan dalam pembuatan bedengannya seharusnya membukit untuk mengantisifasi air berlebih yang masuk dalam bedengan.
d. Penyiangan
Penyianagan merupakan pembebasan tanaman yang kita pelihara dari gangguan tumbuhan yang menumpang atau sering di sebut dengan gulma yang merupakan penghambat dari tanaman yang kita budidayakan. Dalam praktikum ini kami melakukan penyianagan satu kali dalam satu minggu.
Pemupukan
Pemupukan merupakan bagian yang sanagat penting untuk menigkatkan pertumbuhan dan produksi dari tanaman yang kita budidayakan. Namun dalam praktikum ini kami tidak melakukan pemupukan karena tanaman belum waktunya untuk di pupuk di sebabakan karena waktu praktikum yang tidak memungkinkan.
4.2.3. Indetifikasih pengenalan hijauan pakan ternak
1. Legum putri malu (Mimosa Pudica )
Klasifikasi dan Morfologi Tumbuhan Putri Malu,Putri malu ( Mimosa pudica) merupakan salah satu tanaman perdu pendek yang masih dalam kelompok dan keluarga suku polong – polongan yang mudah dikenal dengan tanaman yang menutup daun – daunnya secara cepat dengan sendirinya saat disentuh. Tumbuhan putri malu ini bereaksi dan memiliki respon yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan jenis tumbuhan lainnya, kelayuan tersebut hanya bersifat sementara setelah beberapa menit akan normal kembali seperti semula.Tumbuhan putri malu bukan hanya tumbuh di Indonesia saja, melainkan tumbuh di beberapa negara dengan sebutan yang berbeda – beda. Terutamnya Filipina menyebut tanaman ini makahiya, berarti malu, Hindia Barat menyebut tanaman ini mori vivi, Singala menyebut tanaman ini nidikumba, berarti tidur, dan lainnya. Berdasarkan sistematis tumbuhan putri malu dapat diklasifiksikan dan morfologikan adalah sebagai berikut.
Klasifikasi Tumbuhan Putri Malu
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )
Sub kingdom : Trachebionta ( Tumbuhan berpembuluh )
Super Divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )
Divisi : Magnoliopsida ( berkeping dua/ dikotil )
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae ( suku polong – polongan )
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica Duchass. & Walp
Morfologi Tumbuhan Putri Malu
Daun
Daun putri malu berupa daun majemuk yang menyirip ganda dua sempurna. Jumlah anak daun sirip berkisar 5 – 26 pasanga, helaian dain anak berbentuk memanjang sampai lanset, ujung meruncing, pangkal memundar, bagian tepi merata. Jika di raba bagian permukaan atas dan bawah halus dan terasa licin, panjang daun 6 – 16 mm, lebar 1-3 mm. Daun berwarna hijau, tetapi pada bagian tepi daun berwarna keungguan. Bila daun disentuh akan menutup dengan cepat dan akan normal kembali setelah beberapa menit.
Batang
Batang tumbuhan putri malu berbentuk bulat, sleuruh batang di selimuti oleh duri yang menempel, dengan panjang yang beragam tergantung dengan pertumbuhan putri malu. Batang tumbuhan ini lunak, tidak terlalu kuat, permukaan kasar dan juga berwarna kehijauan ungguan. Biasanya batang juga akan tumbuh mring kepermukaan tanah atau mengarah kebawah.
Akar
Perakaran tumbuhan putri malu sangat berbeda dengan jenis tumbuhan lainnya, perakaran tumbuhan putri malu berserabut, berwarna kecoklatan, tumbuh menyebar di permukaan media tanah, dan mencapai kedalaman 30 – 60 cm bahkan lebih. Perakaran tumbuhan putri malu ini jika dilakukan pencabutan akan berbeda dengan jenis tumbuhan lainnya, yaitu tidak terangkat semua melainkan satu persatu akan terangkat kepermukaan tanah.
Bunga
Bunga tumbuhan putri malu berbentuk bulat, hampir menyerupao bola dan tidak memiliki mahkota atau kelopak bunga besar seperti bunga pada jenis tumbuhan lainnya. Akan tetapi kelopak pada tumbuhan ini jauh lebih kecil, dan bergerigi seperti selaput putih, serta memiliki tabung mahkota yang berukuran kecil juga dan bertajuk empat.
Buah
Buah tumbuhan putri malu bentuk polong, pipih, bergaris dan berukuran sangat kecil jika dibandingkan dengan jenis tumbuhan lainnya. Buah ini berwarna kehijauan jika masih muda dan sudah tua berwarna kecoklatan.
Biji
Biji tumbuhan putri malu berbentuk bulat, pipih dan berukuran sangat kecil. Dalam satu buah biji yang ada di dalamnya ada sekitar beberapa saja, yang berwarna kehitaman atau kecoklatan. Biji pada tumbuhan ini juga merupakan biji tertutup dan dapat berkembangbiak melalui biji.
Patikan kerbau (Euphorbia hirta)
Patikan kerbau (Euphorbia hirta) merupakan suatu tumbuhan liar yang banyak ditemukan di daerah kawasan tropis. Nama latinnya Euphorbia hirta, Linn atau Euphorbia pilulifera, Linn. E. capitata, Wall dari Familia Euphorbiaceae. Di indonesia tumbuhan Patikan kerbau dapat ditemukan diantara rerumputan tepi jalan,sungai, kebun-kebun atau tanah pekarangan rumah yang tidak terurus. Biasanya patikan kerbau ini hidup jadi satu dengan Patikan Cina (Euphorbia Prostrata, Ait) pada ketinggian 1 - 1400 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan patikan kerbau mampu bertahan hidup selama 1 tahun dan berkembang biak melalui biji.Patikan kerbau mempunyai warna dominan kecoklatan dan bergetah. Banyak pohonya memiliki cabang dengan diameter ukuran kecil. Daun Patikan kerbau mepunyai bentuk bulat memanjang dengan taji-taji. Letak daun yang satu dengan yang lain berhadap- hadapan. Sedang bunganya muncul pada ketiak daun. Patikan kerbau hidupnya merambat (merayap) di tanah. tumbuhan ini memiliki nama yang berbeda-beda di tiap daerah, yaitu Fei Yang Cao (Cina), Amanpat chaiarisi (India),; Gelang susu (Malaysia), Patikan Kerbau (Indonesia); Nanangkaan (Sunda), Patikan Kebo,Patikan Jawa (Jawa); Kak sekaan (Madura), Sosononga, Lobi-lobi (Halmahera); Patikan kerbau bermanfaat untuk mengobati Radang tenggorokan, Bronkhitis, Asma,Disentri, Radang perut; Diare, Kencing darah, Radang kelenjar susu, Payudara bengkak dan Eksim.
Kalopo (Calopogonium mucunoides)
Kalopo atau yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Calopogonium mucunoides merupakan tanaman jenis leguminosa semak asal Amerika Selatan Tropik. Ciri – ciri kalopo yakni bersifat prennial, merambat membelit dan hidup di daerah –daerah yang tinggi kelembabannya. Pertumbuhan kalopo menjalar, merambat, tidak tahan terhadap penggembalaan, tidak tahan naungan yang lebat akan tetapi dapat tumbuh dengan baik didaerah yang lembab. Kalopo memiliki batang lunak ditumbuhi bulu-bulu panjang berwarna cokelat dan daunnya ditutupi oleh bulu halus berwarna cokelat keemasan,sehingga kurang disukai oleh ternak. Kalopo biasa dikembangbiakkan dengan dengan biji dan mampu tumbuh baik pada tanah sedang sampai berat pada ketinggian 200 –1000 m diatas permukan laut dan membutuhkan curah hujan tahunan sebesar 1270 mm.
Turi (Sesbania grandiflora)
Turi atau yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Sesbania grandiflora merupakan tanaman jenis leguminosa pohon yang dapat tumbuh dengan baik di tanah yang tidak subur, terkadang juga dapat tumbuh pada tanah yang banyak genangan air dengan ketinggian dibawah 1500 di atas permukaan laut. Turi dapat tumbuh hingga ketinggian 10 meter. Akarnya berbintil-bintil sehinga dapat menyuburkan tanah.Bunganya berbentuk seperti kupu-kupu berwarna merah muda atau putih. Turi pada umumnya banyak dimanfaatkan sebagai pohon pelindung karena tumbuhnya yang merambat.Turi banyak mengandung protein yang tinggi dan berkualitas. Tiap 100 gram berat kering, daun turi mengandung 36% protein kasar dan serat kasar yang rendah antara dibawah 18 %. Namun demikian daun turi memiliki kandungan zat anti nutrisi yaitu saponin dan tanin.
Legum meniran (Phyllanthus Urinaria)
Nama latinnya adalah Phyllanthus urinaria Linnatau Phyllanthus niruri. Masuk dalam famili tumbuhan Euphorbiaceae. Tumbuhan ini sangat mudah tumbuh disekitar pekarangan rumah. Memiliki efek farmakologis astrigent diuretikum(peluruh air seni), anti piretik (penurun panas), peluruh batu, antihepatotoksik.Meniran, mungkin masyarakat pada umumnya telah mengetahui bagaimana wujud dari tanaman ini. Meniran (Phyllantusniruri) memang tumbuhan semak yang mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Penampilan boleh seperti tumbuhan semak biasa, namun apakah anda tahu khasiat meniran sebagai tumbuhan obat. Hampir semua bagian tanaman meniranberkhasiat obat. Banyak literatur yang menunjukkan bahwa secara turun temurunmeniran dipercaya dapat menyembuhkan penyakit- penyakit yang terkait dengansaluran empedu dan berkhasiat menurunkan jumlah virus hepatitis B yangditemukan dalam darah.Penelitian terbaru menyebutkan bahwameniran memiliki aktivitas imunomodulator. Imunomodulator berperan membuatsistem imun lebih aktif dalam menjalankan fungsinya, menguatkan sistem imuntubuh (imunostimulator) atau menekan reaksi sistem imun yang berlebihan(imunosuppressan). Dengan demikian, kekebalan atau daya tahan tubuh kita selaluoptimal sehingga tetap sehat ketika diserang virus, bakteri, dan mikrobalainnya.
Kandungan kimia yang bermanfaat dari meniranadalah flavonoid. Pada tanaman lainnya kandungan flavonoid sebenarnya jugaada,bedanya pada meniran aktivitas penigkatan sistem imunnya ternyata lebih baik.Sebagai imunomodulator, meniran tidak semata-mata berefek meningkatkan sistem imun, namun juga menekan sistem imun apabila aktivitasnya berlebihan. Jika aktivitas sistem imun berkurang, maka kandungan flavonoid dalam meniran akan mengirimkan sinyal intraseluler pada reseptor sel untuk meningkatkan aktivitasnya. Sebaliknya jika sistem imun kerjanya berlebihan, maka meniran berkhasiat dalam mengurangi kerja sistem imun tersebut.
Jadi, meniran berfungsi sebagai penyeimbang system imun.
Meniran (Phylanthusurinaria, Linn.),memiliki morfologi batang : Berbentuk bulat berbatangbasah dengan tinggi kurang dari 50 cm. Daun : Mempunyai daun yang bersiripgenap setiap satu tangkai daun terdiri dari daun majemuk yang mempunyai ukurankecil dan berbentuk lonjong. Bunga : Terdapat pada ketiak daun menghadap kearahbawah.Meniran merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah tropis yang tumbuh liar di hutan-hutan, ladang-ladang, kebun-kebunmaupun pekarangan halaman rumah. Pada umumnya tidak dipelihara, karena dianggaptumbuhan rumput biasa. Tumbuhan ini dapat subur ditempat yang lembab padadataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.
Lamtoro (Leucaena glauca)
Lamtoro atau yang dalam bahasa ilmiah disebut Leucaena glauca merupakan tanaman jenis leguminosa pohon yang berasal dari Amerika tengah, Amerika selatan dan Kepulauan Pasifik. Lamtoro sering digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi dan mampu tumbuh pada daerah dataran rendah sampai dengann500 m di atas permukaan air laut dengan curah hujan lebih dari 760 mm/th.Lamtoro dapat tumbuh hingga tinggi 20m. Percabangan rendah, banyak, dengan warna kecoklatan atau keabu- abuan, berbintil-bintil dan berlentisel. Ranting-ranting bulat torak,dengan ujung yang berambut rapat. Lamtoro memiliki daun majemuk menyirip rangkap, sirip 3 - 10 pasang. Anak daun tiap sirip 5 - 20 pasang,berhadapan, bentuk garis memanjang, 6 – 16 (-21) mm × 1 – 2 (-5) mm, dengan ujung runcing dan pangkal miring (tidak sama), permukaannya berambut halus dan tepinya berjumbai. Bunga majemuk berupa bongkol bertangkai panjang yang berkumpul dalam malai berisi 2 - 6 bongkol; tiap-tiap bongkol tersusun dari 100 - 180 kuntum bunga, membentuk bola berwarna putih atau kekuningan berdiameter 12 - 21 mm, di atas tangkai sepanjang 2 - 5 cm. Bunga kecil-kecil, berbilangan 5; tabung kelopak bentuk lonceng bergigi pendek, lk 3 mm; mahkota bentuk solet, lk. 5 mm, lepas-lepas. Benangsari 10 helai, lk 1 cm, lepas-lepas. Buah polong bentuk pita lurus, pipih dan tipis, 14 - 26 cm × 1.5 - 2 cm, dengan sekat-sekat di antara biji, hijau dan akhirnya coklat kering jika masak, memecah sendiri sepanjang kampuhnya. Berisi 15 - 30 biji yang terletak melintang dalam polongan, bundar telur terbalik, coklat tua mengkilap, 6 - 10 mm × 3 - 4.5 mm.
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Leucaena
Spesies : Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit
Siratro (Macroptilium antropurpureum)
Tanaman tahunan dengan akar tunggang yang besar dan dalam, batangnya membelit, menjalar dan memanjat. Batang pada dasar tanaman lebih tua berserat, diameter >5 mm, batang yang lebih muda berdiameter sekitar 1-2 mm, kadang-kadang membentuk nodul akar pada kondisi yang ideal. Berdaun tiga (trifoliate), helai daun memanjang 2-7 X 1,5-5 cm, berwarna hijau tua dan berbulu halus pada permukaan atas, berwarna hijau abu.Bunga berbentuk tabung, panjang8-9mm dan lebar 3mm, berwarna ungu tua dengan merah didekat dasar bunga. Buah polong lurus, panjang 5-10 cm, diameter 3-5 mm, mengandung sampai 12 (-15) biji. Buah polong akan menyebar ketika masak. Biji berbentuk bulat dan pipih, coklat muda sampai tua.
Taksonomi tanaman siratro
Ada banyak taksonomi dari mahluk hidup. Salah satunya adalah taksonomi tanaman siratro. Awalnya saya juga bingung taksonomi dari tanaman siratro ini. Dari berbagai sumber yang saya cari dan saya mendapatkan taksonomi tanaman siratro tersebut. Saya memiliki banyak taksonomi tanaman. Mungkin hanya ini yang bisa saya publikasikan terlebih dahulu.
1. Kingdom : Plantae
2. Sub Phylum : Angiospermae
3. Order : Fabales
4. Family : Fabaceae
5. Sub Family : Faboideae
6. Tribe : Phaseoleae
7. Subtribe : Phaseolinae
8. Genus : Macroptilium
9. Species : Macroptilium antropurpureum
Rumput Signal (Brachiaria decumbens Stapf)
Rumput signal sering dikenal juga dengan sebutan bede merupakan bede rumput yang berasal dari Afrika Timur. Biasa ditanaman untuk padang penggembalan sebagai paka ternak,terkadang juga sengaja ditanam untuk di lakukan pemotongan seperti halnya rumput gajahdan rumput raja .Rumput signal sangat cocok ditanam di daerah beriklim tropis dan sub-tropis dengan ketinggian tropis dengan ketinggian mencapai 1750 meter dpl dan kondisi hujan berkisar 1000-1500 mm/tahun.Di Indonesia rumput signal sangat mudah di temukan di antaranya dipinggiran jalan,selokan,lapangan,dan di pinggiran sawah.
8.1.Klasifikasi Rumput Signal
Divisi : Angiospermae
Class : Monocotyledonneae
Ordo : Graminales
Family : Graminaea
Genus : Brachiria
Spesies : Brachiria Decumbes
8.2. Ciri-ciri Rumpu Signal
Tumbuh dengan cara stolon atau berumpun
Batang tegak dan panjang 30-45 cm
Lembar daun 8-10 mm
Memiliki bunga dengan 2-5 tandan panjangnya 2-5 cm
Mampu tumbuh pada tanah yang kurang subur dan berkadar asam rendah
Manfaat rumput signl pada daunnya sebagai hijauan pakan ternak memiliki nilia palatailitas berkisar antara 60-70 % baik ternak ruminansia besar maupun ruminansia kecil.Mampu tumbuh dengan baik pada musim kemarau (tahan kering) sehingga dapat digunakan untuk mengulangi ketersediaan pakan ternak dikala musim kemarau,selain itu bermanfaat sebagai penahan erosi dan penyubur tanah sebab memiliki perakaran yang sangat kuat dan dalam.
Clotalaria sp
Ciri-ciri clotalaria sp
Akar : tunggang
Daun : pada satu tangkai jumlah daun lebih dari satu,permukaan daun lonjong berwarna hijau.
Batang : tinggi tagak, berwarna coklat dan tinggi tanaman dapat mencapai 1 meter
Bunga : berwarna kuning
Legum Bandotan (Angeratum conyzoides L.)
Berasal dari Amerika tropis. Di Indonesia bandotan merupakan tumbuhan liar dan lebih dikenal sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) di kebun dan di ladang.Tumbuhan ini dapat ditemukan juga dipekarangan rumah, tepi jalan, tanggul dan sekitar saluran air pada ketinggian 1 - 2.100 m dpl. Jika daunnya telah layu dan membusuk, tumbuhan ini akan mengeluarkan bau yang tidak enak.
Bandotan tergolong ke dalam tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30 - 90 cm dan bercabang. Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh menyentuh tanah akan mengaluarkan akar. Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang (composite), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1 - 10 cm, lebar 0,5 - 6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih. Panjang bonggol bunga 6 - 8 mm, dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil.
Legum Sentro (sentrosema pubescens)
Sentro atau yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Centrosema pubescens merupakan tanaman jenis leguminosa semak asal Amerika Selatan Tropis yang memiliki fungsi sebagai tanaman penutup tanah, tanaman sela, dan pencegah erosi. Batang Centro panjang dan sering berakar pada bukunya, tiap tangkai berdaun tiga lembar, berbentuk elips dengan ujung tajam dan bulu halus pada kedua permukaannya. Bunga berbentuk tandan berwarna ungu muda bertipe kacang ercis dan kapri. Polong berwarna coklat gelap, panjang 12 cm, sempit dengan ujung tajam terdiri dari 20 biji. Centrosema pubescens tumbuh dengan membelit pada tanaman lain atau menjalar di pagar dan juga menjalar bersama–sama dengan rumput menutupi permukaan tanah. Batang panjang, sering berakar pada bukunya, daun dengan tiga anak daun yang berbentuk telur dengan ujung tajam, berambut, panjangnya 5 – 12 cm dan lebar 3 – 10 cm.
BAB IV
PENUNTUP
5.1.Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum germinasi pada biji jagung yang diberi perlakuan dilukai lebih cepat mengalami proses perkecambahan dan dapat tumbuh dengan baik.
Berdasarkan hasil praktikum budidaya tanaman dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengaturan jarak tanam pada suatu areal tanah pertanian merupakan salah satu cara yang berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai.
Hijauan pakan yang diberikan kepada ternak digolongkan menjadi dua yaitu kelompok legum dan rumput. Jika diamati dari bentuk fisik, kelompok legum memiliki ciri umum yaitu batangnya diliputi rambut dengan buku dan ruas menyatu, daun trifoliate (3 helai daun tiap tangkai daun), bunga berbentuk tandan, dan biji dalam polong. Sedangkan untuk kelompok rumput memiliki ciri umum yaitu daunnya lambat mengayu, batangnya silindris berbuku dan beruas dengan sifat padat dan memperkuat, bunga tumbuh pada akhir batang batang utama. Ada tiga tipe daun pada kelompok rumput yaitu bentuk bulir, tandan dan malai
5.2 Saran
Adapun saran dari pelaksanaan peraktikum ini adalah sebaiknya pengamatan hendaknya dilakukan dengan disiplin agar bisa memperoleh hasil yang maksimal. Pemberian air harus sesusai dengan kondisi air yang diperlukan untuk terbentuknya kecambah.
Berdasarkan hasil praktikum Budidaya Tanaman dapat diberikan saran sebagai berikut : Sebaiknya praktikan lebih perhatian terhadap tanaman yang ditanam, agar hasil tanaman tersebut berkualitas, tidak hanya mengandalkan faktor alam saja,lahan percobaan sebaiknya perlu dilakukan sistem untuk mendapatkan lahan yang optimum dan diiperlukan pelatihan pengendalian hama dan penyakit yang terpadu.
Setelah terlaksanannya praktikum saya mengharapkan agar para praktikan dapat mengerjakannya atau mengembangkan ilmu ini dilingkungan sekitar tempat mereka tinggal sehingga ilmu ini dapat bermanfaat untuk masyarakat dan agar peternakan dapat dipandang lebih baik dimata masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2013.Penggemukan Sapi Potong .hhtp://Sapi 2010.Wordpress.com/.Diakses Pada Tanggal 8 Desember 2013
Amaturrahim dan Aisyah,2013.Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman.PT.Angkasa. Bandung
Campbell,2003. Biologi Jilid Ke 2 Jakarta.Penerbit Erlangga.Jakarta.
Dedi,2013. Budidaya Hijauan Makanan Ternak. hhtp:// budidaya- hijauan- maanan- ternak - hmt-6819.hmt.Diakses pada tanggal desember 2013.
Edo, 2012. Hijauan Makanan Ternak. http://ediskoe.blogspot.com/?expref=next-blog. 2012. Diakses pada tanggal 8 Desember 2013
Feri,2012.Hijauan Makanan Ternak.hhtp://feridewefppundipa 2012. Wordprees.com/. Diakses pada tanggal desember 2013.
Fachruddin,2000. Budidaya Kacang-kacangan.Kanisius.Yogyakarta.
Hadi,solihul.2011.Dunia Tumbuhan Dan Hewan http://satopepelakan.blogspot.nl/2011/01/perkembangbiakan-dan perbanyakan.html?m=1 diakses pada hari minggu, 21 sepetember 2014 pukul 13.24 WITA
Lay, 2009. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE. Yogyakarta.
Rahardjo, Tri. 2002. Ilmu Teknologi Pangan. Unsoed. Purwokerto
Su'i,2010.Perubahan Fisiologi Buah Kelapa Selama Germinasi. Jurnal Agrika 4.60-60
Suyitman, dkk 2003. Agrostologi. Padang.Fakultas Peternakan Universitas Andalas. 2003.
Sukamto, B. 2006. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
Langganan:
Postingan (Atom)