HMP3IP adalah organisasi Penghimpun Mahasiswa Peneliti Pengembang Pengabdi Ilmu Peternakan dengan ciri khas jargon “Salam Riset Salam Ilmiah, HMP3IP...!!! Kecil sih Tapi Rela Bagi-bagi”. Dalam organisasi ini memberikan manfaat yang menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan (SKILL) maupun kreatifitas dengan menawarkan Program Kerja (Proker) yang unggul dan menarik, terutama pengabdian maksyarakat
Senin, 16 Januari 2017
laporan LANDASAN ILMU NUTRISI
LAPORAN PRAKTIKUM
LANDASAN ILMU NUTRISI
OLEH :
KELOMPOK : 7
KELAS : 3C2
SRI WULANSARI (B1D015232)
YAN MUHAEMIN PUTRA (B1D015254)
YAN WAHYUDI (B1D015255)
YESI APRIANI (B1D015256)
YOPI KOMALASARI (B1D015257)
YULISDAYANTI (B1D015258)
YUSRYANTO (B1D015260)
NUR TAZKIRAH (B1D015264)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2016
KATA PANGANTAR
Praktikum Landasan Ilmu Nutrisi ini merupakan salah satu syarat kelulusan dengan bobot satu SKS. Dalam praktikum ini kami mempelajari bagaimana cara menganalisa bahan pakan untuk menentukan kecernaan pakan tersebut dengan metode kecernaan in vitro. Kecernaan in vitro ini sama dengan kecernaan in vivo, dimana proses kecernaan in vivo ini terjadi di dalam rumen ternak ruminansia. Berbeda dengan menentukan kecernaan suatu bahan pakan dengan metode in vitro yang dilakukan di dalam tabung.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Dengan segala kerendahan hati, kami menyusun laporan praktikum ini.Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah “Praktikum Landasan Ilmu Nutrisi”.Dengan selesainya laporan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing praktikum Landasan Ilmu Nutrisi dan Coordinator asisten, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga terselesainya laporan ini. Serta teman-teman yang ikut serta membantu dalam proses penyelesaian laporan ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini belum sempurna, untuk itu kami butuh kritik, saran, dan ide-ide yang sifatnya membangun sangat diharapkan guna kesempurnaan penyusunan yang akan datang. Harapan kami semoga laporan ini dapat berguna dan dapat menambah wawasan bagi pembaca.dan laporan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya serta dapat digunakan oleh adik tingkat yang akan datang.
Mataram, 6 Januari 2017
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENAGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
BAB I: PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum 1
1.2.1 Tujuan Praktikum 1
1.2.2 Kegunaan Praktikum 2
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Bahan Pakan 3
2.2 Ternak Ruminansia 3
2.3 Kecernaan Pakan 3
2.4 Kecernaan Bahan Kering 4
2.5 Kecernaan Bahan Organik 5
2.3 Penentuan Nilai Kecernaan 5
BAB III: MATERI DAN METODE PRAKTIKUM 7
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum 7
3.2 Materi Praktikum 7
3.2.1 Alat Praktikum 7
3.2.2 Bahan Praktikum 7
3.3 Metode Praktikum 8
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN 9
4.1 Hasil Praktikum 9
4.2 Pembahasan Praktikum 10
BAB V: PENUTUP 12
5.1 Simpulan 12
5.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 15
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1 Hasil Praktikum 9
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kecernaan adalah banyaknya bahan pakan yang dapat dicerna dalam saluran pencernaan dan apabila dinyatakan dalam persentase disebut koefisien cerna ,kecernaan pakan merupakan proses yang dialami pakan selama berada di dalam saluran organ pencernaan sampai terjadinya penyerapan.
Kecernaan in vittro memiliki keuntungan lebih singkat, lebih ekonomis, tidak adanya resiko kematian pada ternak, dan prediksi yang tidak berbeda jauh dengan metode in vivo atau yang biasa dilakukan untuk mengukur kecernaan pada ternak ruminansia. Dasar dari metode ini adalah menirukan proses yang terjadi dalam rumen dan cara yang paling sering digunakan adalah teknik in vitro.
Pada dasarnya Analisis kecernaan In Vitro Tilley dan Terry (1963) bermanfaat dalam mengukur tingkat kecernaan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan yang belum diketahui sebelumnya. Selain dari itu, Analisis kecernaan In Vitro Tilley dan Terry (1963) merupakan dasar dari analisis-analisis yang lebih lanjut.Analisis kecernaan In Vitro Tilley dan Terry (1963) bermanfaat dalam menilai dan menguji kualitas suatu bahan pakan atau pangan dengan membandingkan nilai standar zat makanan dengan hasil analisisnya. Maka dari itu praktikum Landasan Ilmu Nutrisi tentang Analisis kecernaan In Vitro Tilley dan Terry (1963) ini penting untuk dilakukan karena dapat memberi manfaat khususnya dalam dunia peternakan, terutama dalam pemberian nutrisi yang dapat memenuhi kebutuhan ternak.
Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum Landasan Ilmu Nutrisi adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui prinsip kerja metode kecernaan In Vitro
Untuk mengetahui nilai kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organic (KCBO)
Kegunaan Praktikum
Adapun kegunaan dari praktikum Landasan Ilmu Nutrisi adalah sebagai berikut :
Agar praktikan mengetahui prinsip kerja metode kecernaan In Vitro
Agar praktikan mengetahui nilai kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organic (KCBO) pada bahan pakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan Pakan
Pakan ternak merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam suatu usaha peternakan.Ransum yang diberikan kepada ternak harus diformulasikan dengan baik dan semua bahan pakan yang dipergunakan dalam menyusun ransum harus mendukung produksi yang optimal dan efisien sehingga usaha yang dilakukan dapat menjadi lebih ekonomis. Hal-hal yang berkaitan dengan pemberian pakan ternak adalah kebutuhan nutrisi ternak, komposisi nutrisi bahan pakan penyusun ransum dan bagaimana beberapa bahan dapat dikombinasikan (penyusunan ransum standar) untuk mencukupi kebutuhan ternak (Subandriyo, 2000).
Ternak Ruminansia
Ternak ruminansia merupakan salah satu ternak yang memiliki sistem pencernaan yang kompleks dibandingkan ternak lain. Hal ini terlihat dari kemampuan ruminansia dalam memproduksi protein mikroba dalam rumen. Dimana protein mikroba berperan besar terhadap ketersediaan total protein yang tersedia bagi ternak yang akan dimanfaatkan untuk kebutuhan ternak itu sendiri. Ternak ruminansia memiliki sistem pencernaan yang khas yang memiliki kemampuan dalam mencerna pakan kasar didalam rumen dengan bantuan mikroba (Frandson, 1992).
Kecernaan Pakan
Pencernaan pakan merupakan suatu rangkaian proses yang terjadi pada pakan selama berada didalam saluran pencernaan sampai memungkinkan terjadinya suatu penyerapan. Untuk penentuan kecernaan dari suatu pakan maka harus diketahui terlebih dahulu dua hal yang penting yaitu; jumlah nutrien yang terdapat dalam pakan dan jumlah nutrien yang dapat dicerna yang dapat diketahui bila pakan telah mengalami proses pencernaan (Hanis, 2013).
Kecernaan meliputi kecernaan suatu bahan pakan pada ternak non ruminansia dan untuk ternak ruminansia, tetapi analisa kecernaan dapat dilakukan hanya pada kecernaan untuk ruminansia.Kecernaan suatu bahan pakan untuk ternak ruminansia dapat dihitung secara akurat pada skala laboratorium dengan percobaan menggunakan cairan rumen dan pepsin (Zakariah, 2012).
Kecernaan Bahan Kering
Bahan pakan merupakan bahan yang dapat dimakan dan dicerna oleh hewan ternak, terdiri atas dua komponen utama yaitu air dan bahan kering. Bahan kering dibagi lagi menjadi dua, yaitu bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik terdiri atas karbohidrat, lemak, protein dan vitamin. Bahan anorganik terdiri atas mineral dengan berbagai unsur-unsurnya. Makanan yang dikonsumsi ternak sebelum siap dimanfaatkan oleh tubuh ternak terlebih dahulu harus mengalami perombakan. Bahan makanan tersebut dirombak melalui proses pencernaan yang berlangsung dalam saluran pencernaan (Sutardi, 1980).
Pada kondisi normal, konsumsi bahan kering dijadikan ukuran konsumsi ternak. Konsumsi bahan kering bergantung pada banyak faktor, diantaranya adalah kecernaan bahan kering pakan, kandungan energi metabolis dan kandungan serat kasar. Bahan kering yang dikonsumsi dikurangi jumlah yang disekresikan merupakan jumlah yang dapat dicerna. Kualitas dan kuantitas bahan kering harus diketahui untuk meningkatkan kecernaan bahan makanan yang akan mempengaruhi jumlah konsumsi pakan.Kualitas dari bahan kering akan mempengaruhi kualitas bahan organik dan mineral yang terkandung dalam bahan pakan. Konsumsi bahan kering merupakan faktor penting untuk menunjang asupan nutrien yang akan digunakan untuk hidup pokok dan produksi.
Kecernaan bahan kering yang tinggi pada ternak ruminansia menunjukkan tingginya zat nutrisi yang dicerna terutama yang dicerna oleh mikroba rumen. Semakin tinggi nilai persentase kecernaan bahan pakan tersebut, berarti semakin baik kualitasnya. Kisaran normal bahan kering yaitu 50,7-59,7%. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan kering, yaitu jumlah ransum yang dikonsumsi, laju perjalanan makanan di dalam saluran pencernaan dan jenis kandungan gizi yang terkandung dalam ransum tersebut. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi nilai kecernaan bahan kering ransum adalah tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum, komposisi kimia, tingkat protein ransum, persentase lemak dan mineral. Salah satu bagian dari bahan kering yang dicerna oleh mikroba di dalam rumen adalah karbohidrat struktural dan karbohidrat non structural (Van Soest, 1983).
Kecernaan Bahan Organik
Bahan organik merupakan suatu bahan yang dapat menghasilkan energi dan panas bila dicerna.Bahan tersebut meliputi protein, karbohidrat, dan lemak.Bila suatu bahan tersebut dibakar, maka sisa pembakaran itu dinamakan bahan organik yang terkandung pada bahan makanan tersebut (Anonim, 1989). Daya cerna bahan organik dari berbagai bahan makanan dengan komposisi yang sangat berfariasi akan berkurang jika mengandung zat-zat yang mempunyai daya cerna rendah. Pendapat ini didukung oleh (Tillman et al, 1998), yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya serat kasar 1% pada tanaman menyebabkan peningkatandaya cerna bahan organik sekitar 0,7 – 1,0 untuk ruminan. Peningkatan kecernaan bahan organik ini disebabkan karena meningkatnya kecernaan bahan kering, sebab secara proposional laju keluarnya bahan kering diikuti oleh keluarnya bahan organik. Sehingga dengan semakin meningkatnya kecernaan bahan kering akan meningkatkan kecernaan bahan organik (Resohapdiprojo, 1981).
Nilai kecernaan bahan organik didapatkan melalui selisih kandungan bahan organik awal sebelum inkubasi dan setelah inkubasi, proporsional terhadap kandungan Bahan organik sebelum inkubasi (Jayanegara, 2009).
Penentuan Nilai Kecernaan
Penentuan kecernaan secara in vitro dilakukan di laboratorium dengan menirukan kondisi pada rumen. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam teknik in vitro adalah adanya larutan penyangga (buffer) dan media makanan, temperatur sekitar 39ºC, pH optimal yaitu 6,7-7,0, adanya sumber inokulum, agitasi (pengocokan) dan gas CO2 (Daryanto, 2009).
Sudah banyak penelitian in vitro menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian in vivo, sehingga penentuan kecernaan bahan pakan secara in vitro memiliki beberapa keuntungan, yaitu (1) dapat digunakan untuk menentukan nilai kecernaan pakan dalam waktu yang relatif singkat, (2) mengurangi resiko kematian ternak, (3) lebih ekonomis dan (4) mewakili penampilan ternak. Kelemahan teknik in vitro diantaranya media yang digunakan tidak mungkin mempunyai kondisi yang sama seperti pada teknik in vivo,kecernaan secara in vitro dilakukan di dalam tabung, sedangkan pada teknik in vivo langsung menggunakan ternak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil metode in vitro, yaitu: populasi mikroba dalam cairan rumen yang digunakan, penyiapan jenis sampel, pH selama inkubasi dan prosedur selama pelaksanaan (Vanthonny, 2014).
Percobaan in vitro berdasarkan metode Tilley dan Terry (1963) terdiri dari dua tahap. Tahap pertama proses dilakukan dalam tabung yang telah diisi satu bagian cairan rumen dan empat bagian saliva buatan atau larutan buffer yang berfungsi sebagai rumen tiruan. Proses pencernaan pada rumen tiruan berlangsung selama 48 jam. Kemudian pada tahap kedua kondisi abomasum dibuat dengan menambahakan larutan asam pepsin yang berfungsi sebagai pencerna makanan dalam abomasum. Pencernaan dalam abomasum berlangsung selama 48 jam. Sedangkan proses penyerapan zat-zat makanan dalam usus halus ditirukan dengan menyaring sampel yang telah mengalami fermentasi dalam rumen dan inkubasi dalam abomasum tiruan. Bagian zat-zat makanan yang lolos melalui saringan dianggap telah tercerna. Selisih antara bahan organik dari bahan asal dengan bahan organik sisa pencernaan merupakan bahan organik yang telah tercerna (Harahap, 2007).
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu dilaksanakannya praktikum Landasan Ilmu Nutrisi 23 Desember 2016 – 03 Januari 2017 di Laboratorium Konsersium Riset Ruminansia Besar Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
Materi Praktikum
Alat Praktikum
Centrifuge
Desikator
Glass cintered crucibles
Gelas silinder
Incubator
Labu beaker
Labu penyaring
Oven penyaring
Pompa vakum
Rubberbalb
Serat kaca
Tabung centrifuge 100 ml dan rak tabung
Tabung CO2
Timbangan analitik
Bahan Praktikum
Buffer
49 g NaCl3, 18, 6 g Na2HPO4
± 800 ml air
100 ml larutan khlorida
NHCL
Pepsin 0,2 %
Cairan rumen
Matode Praktikum
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum
Menimbang sample 0,5 gram dan masukkan kedaam tabung centrifuge ( untuk 1 macam sample, dilakukan 3X replikasi)
Menambahkan 50 ml campuran larutan buffer dan cairan rumen (4: 1) kedalam setiap tabung
Sebelum tabung ditutup dengan karet, dialiri terlebih dahulu dengan CO2 agar kondisi dalam tabung diusahakan an- aerob. Kemudian tabung- tabung ditempatkan dalam penangas air dengan temperature 38⁰c selama 48 jam dan dikocok 2X setiap hari, satu blank juga dikerjakan, berisi campuran buffer dan cairan rumen. Selain itu juga dikerjakan inkubasi standard, yaitu minimal 2- 3 tabung yang berisi sample standard yang telah diketahui kecernaannya
Setelah 48 jam, tabung – tabung diangkat dari penangas air, lalu direndam dalam air dingin, kadang – kadang digojok
Tabung diputar dalam centrifuge pada 2500 rpm selama 10 menit, supernatant/ dibuang
Menambahkan 50 ml larutan pepsin HCl (0,2% larutan pepsin dalam 0,1 NHCl), dan di aduk dengan spatula
Tabung dan isinya di inkubasikan dalam incubator selama 48 jam pada 38⁰C dengan digojok 2X per hari
Setelah 48 jam, tabung diambil, diputar dalam centrifuge, supernatant dibuang, lalu residu dipindahkan kedalam crucible yang telah ditimbang
Crucible dan residu dikeringkan dalam oven pengering dengan 105⁰C selama 8 jam, diinginkan dlam desikator dan ditimbang, bahan organic akan diperoleh dengan mengabukan crucible dan residu didalam tanur 600⁰C selama 1-2 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Praktikum
Tabel 4.1.1 Hasil Praktikum
Kelompok 6 7 8 9 10
Berat sampel (gram) 0,5073 0,5049 0,5005 0,5007 0,5015
Berat crussible (gram) 25,0397 29,8715 27,7911 26,0426 27,1910
Berat crussible sampel 1050c (gram) 25,3260 30,1830 28,0993 26,3497 27,5073
Berat crussible sampel 6000c (gram) 25,0490 29,8950 27,8144 26,0658 27,2185
Bahan kering sampel (%) 91,9044 91,8582 91,2482 91,0554 8
Berat bahan organik sampel ( % ) 90,3013 90,0474 90,1292 90,9683 94,0319
Berat cawan (gram) 18,2774 21,4834 21,0498 20,6989 30,2844
Berat cawan+sampel (gram) 19,7445 22,9192 22,5512 22,1903 31,7388
Berat cawan+sampel oven 1050c (gram) 19,6533 22,8023 22,4198 22,0569 31,5913
Berat cawan +sampel pijar 6000c(gram) 18,4226 21,6263 21,1980 20,8336 -
Berat sampel (gram) 1,4971 1,4358 1,5014 1,4914 1,4544
Kadar air (%) 8,0956 8,1418 8,7518 8,9446 10,1416
Bahan kering (%) 91,9044 91,8582 91,2482 91,0554 89,8584
Kadar abu (%) 9,6987 9,9526 9,8708 9,0317 -
Bahan organik (%) 90,3013 90,0474 90,1292 90,9683 -
Berat bahan kering sampel awal (gram) 0,4662 0,4637 0,4566 0,4568 0,4506
Berat bahan organik sampel awal (gram) 0,4210 0,4175 0,4115 0,4155 0,4237
Berat bahan kering sampel sisa (gram) 0,2863 0,3115 0,3082 0,3071 0,3163
Berat bahan organik sampel sisa (gram) 0,2770 0,2880 0,2849 0,2839 0,2888
Berat bahan kering blangko (gram) 0,0208 0,0208 0,0208 0,0208 0,0208
Berat bahan organik blangko (gram) 0,0262 0,0262 0,0262 0,0262 0,0262
KCBK (%) 43,0502 37,3086 37,0565 37,3248 34,4208
KCBO (%) 40,4276 37,2934 37,1324 37,9783 38,0222
Pembahasan Praktikum
Dalam praktikum kecernaan in vitro dan in vivo terdapat metode yang terdiri dari dua fase dimana kedua fase tersebut masing-masing menyerupai atau meniru pencernaan bahan pakan yang terjadi di alat pencernaan ruminansia yaitu fase satu seperti yang terjadi di dalam rumen dan fase dua seperti yang terjadi didalam usus.Teknik kecernaan in vitro adalah teknik penentuan kecernaan yang dilakukan secara kimiawi di laboratorium dengan meniru proses pencernaan yang terjadi di dalam tubuh ternak ruminansia.Kelebihan dari metode ini yaitu jumlah sampel yang digunakan sedikit tetapi dapat menentukan kecernaan sampel dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penelitian in vitro adalah larutan penyangga, suhu fermentasi, derajat keasaman (pH) yang optimum, sumber inokulum, periode fermentasi, mengakhiri fermentasi dan prosedur analisis.Kualitas kecernaan pakan melalui uji in vitro dapat diukur melalui nilai koefisien cerna bahan kering.
Pada tehnik kecernaan in vitro ini, terdapat pepsin 6 ml yang ditambahkan ke dalam cairan rumen. Hal ini dilakukan untuk mencontoh enzim yang terdapat di dalam rumen. Dimana pepsin ini sendiri dibuat dari pepsin pekat 2% dengan HCl 0,1 N. fungsi utama pepsin adalah memecah atau mencerna protein yang terdapat di dalam bahan pakan. Di dalam rumen, HCl atau asam lambung berkerjasama dengan pepsinogen untuk membentuk pepsin. Dan segera merombak protein ke dalam rantai peptida.
Disin cairan rumen yang kami ambil di RPH menggunakan termos. Dimana termos tersebut telah diisi dengan air panas. Tujuannya adalah unutk menjaga keadaan cairan rumen ketika dimasukkan ke dalam termos yang sebelumnya telah dibuang airnya menjadi stabil. Dan juga proses penyaringan digunakan penyaring plastik. Hal ini mengacu kepada teori, bahwa mikroba yang terdapat di dalam cairan rumen adalah mikroba pencerna selulosa. Jika menggunakan kain sebagai penyaring maka akan dicerna oleh mikroba tersebut.
Setelah itu, kami juga melakukan penggojokan. Hal ini bertujuan untuk merubah suasana atau kondisi cairan rumen yang terdapat di dalam tabung pripiline. Hal ini mencontoh proses remastikasi yang terjadi pada lambung ternak ruminansia untuk merubah suasana pakan yang telah menjadi bolus. Disamping itu juga, ketika pengambilan cawan dan sampel yang akan ditimbang setelah proses oven 105oC atau tanur 600oC yang berada di dalam desikator harus menggunakan tang penjepit. Tujuan untuk menghindari kontak langsung dengan tangan, karena kemungkinan jika diambil menggunakan tangan langsung, terdapat partikel-partikel lain yang akan menempel pada cawan sehingga akan mempengaruhi nilai penimbangan. Dan jika itu terjadi, secara tidak langsung akan mempengaruhi proses perhitungan.
Yang menjadi tujuan dasar dalam praktikum ini adalah menentukan nilai kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sampel pakan.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan nilai KCBK(%) yang diperoleh dari hasil pratikum kelompok 7 adalah 37,3086 berarti hasil dari KCBK sangat baik begitu pula dengan nilai KCBO (%) adalah 37,2934 nilai KCBO sangat baik. serta cairan rumen harus kita ikut sertakan karena masih mengandung berat bahan kering dan berat bahan organik . blangko seolah hitam karna 2 kali 24 jam diusus halus tidak ada sampel didalamnya,hanya ada saliva buatan dan cairan rumen.
BAB V
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan dapat di simpulkan bahwa :
Teknik kecernaan in vittro memiliki keuntungan lebih singkat, lebih ekonomis, tidak adanya resiko kematian pada ternak, dan prediksi yang tidak berbeda jauh dengan metode in vivo.
Metode in vitro (metode tabung) harus menyerupai sistem in vivo agar dapat menghasilkan pola yang sama sehingga nilai yang di dapat juga tidak terlalu berbeda jauh dengan pengukuran secara in vivo.
Saran
Diharapkan kepada semua praktikan untuk datang tepat waktu dan mematuhi semua tata tertib praktikum, serta memperhatikan langkah kerja praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum.Dan di harapkan juga kepada semua praktikan agar melakukan penimbangan sampel dengan teliti dan berhati-hati agar praktikum berjalan dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, J. 2010. Evaluasi Kecernaan In Vitro Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar Penggunaan Kulit Buah Jagung Amoniasi dalam Ransum Ternak Sapi. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan.
Anonym, 1989.Hijauan Makanan Ternak. Departemen Pertanian Balai Informasi Pertanian.
Daryanto, Arief. 2009. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. IPB Press. Bogor.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak.Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Hanis. 2013. Laporan Praktikum PBMT Penentuan Daya Cerna pada Unggas Monogastrik (Ayam Broiler). Artikel Ilmiah.
Harahap, N.2007. Pelaksanaan Pengelolaan da Pemanfaatan Jerami Padi untuk Pakan.Dalam : M. Soejono, A. Musafie, R. Utomo, N. K Warmdam dan J. B. Schiee (Editor).Crop Residues for Feed and other Purpose. Bioconvertion Project Second Workshop on Crop Residues for Feed and other Purpose.Grati. P.
Jayanegara, A. 2009.Kinetika Produksi Gas, Kecernaan Bahan Organik dan Produksi Gas Metana In Vitro pada Hay Dan Jerami disuplementasi Hijauan Mengandung Tanin. Media Peternakan.
Reksohadiprojo.S, 1981.Produksi Hijauan Makanan Ternak DI Daerah Tropik. BPRE.Yogyakarta.
Soebarinoto, S.at al. 1990. Ilmu Gizi Ruminansia. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak. IPB. Bogor.
Subandriyo. 2000. Pendugaan Kualitas Bahan Pakan untuk Ternak Ruminansia. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tillman AD, H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusomo, S. Lebdosoekojo, 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Pres:.Yogyakarta.
Van Soest, P.J. 1983. Nitrogen Fraction in NDF, Proc dist, Feed conf.
Van, Thonnny. 2014. Makalah Kecernaan Ternak. http://vanthonny .blogspot .com / 2014 /12/makalah-kecernaan-ternak-bab-i.html (Diakses 02 Januari 2017).
Zakariah, M. A. 2012. Evaluasi Kecernaan Beberapa Bahan Pakan pada Ternak Peranakan Ongole (PO) dan Peranakan Frisien Holstein (PFH).Skripsi Fakultas Peternakan Pniversitas Gadjah Mada Yogyakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan
Kecernaan BK (%) =
(Berat sampel awal BK-(Berat smpel sisa BK-Berat BK blank)/(Berat sampel awal BK) X100%
Kecernana BO (%) =
(Berat sampel awal BO-(Berat smpel sisa BO-Berat resedu blank)/(Berat sampel awal BO) X100%
Kadar Air (%) =
((Berat cawan+sampel)-(Berat cawan+sampel 150℃))/((Berat cawan+sampel)-(Berat cawan kosong) ) X100%
= (22,9192-22,8023)/(22,9192-21,4834) X 100%
= 0,1169/1,4358 X 100%
= 8,1418%
Kadar BK (%) = 100%-% Kadar Air
= 100%-8,1418%
= 91,8582%
Kadar Abu (%) =
((Berat cawan+sampel 600℃)-(Berat cawan kosong))/((Berat cawan+sampel)-(Berat cawan kosong) ) X100%
= (21,6263-21,4834)/(22,9192-21,4834) X 100%
= 0,1429/1,4358 X 100%
= 9,9526%
Kadar BO (%) = 100%-% Kadar Abu
= 100%-9,9526%
= 90,0474%
Berat sampel awal BK =
= (% BK)/100 X Berat sampel
= 91,8582/100 X 0,5049
= 0,4637 gram
Bert sampel awal BO =
= (% BO)/100 X Berat sampe awal BK
= 91,0474/100 X 0,4637
= 0,4175 gram
Berat sampel sisa BK =
=(Berat crussible+sampel 105℃)-(Berat kosong crussible)
=30,1830 – 29,8715
= 0,3115 gram
Berat Sampel sisa BO =
=(Berat crussible+sampel 105℃)-(Berat crussible+sampel 600℃)
=30,1830 – 29,8950
= 0,2880 gram
Kecernaan BK =
({(Berat sampel awal BK)- [(Berat sampel sisa BK)- (Blank BK)]}X 100)/(Berat sampel awal BK)
= ({0,4637-(0,3115-0,0208)}X 100% )/0,4637
= ((0,4637-0,2907)X 100%)/0,4637
=29,07/0,4637
= 62,6913%
Kecernaan BO =
({(Berat sampel awal BO)- [(Berat sampel sisa BO)- (Blank BK)]}X 100)/(Berat sampel awal BO)
= ({0,4175-(02880-0,2907)}X 100% )/0,4175
= ((0,4175-0,2618)X 100%)/0,4175
=15,57/0,4175
= 37,2934%
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
PokerStars PA | Promo Code | $250 Risk-Free Bet - JTMRHub
BalasHapusGet $250 Risk-Free 고양 출장마사지 Bet at PokerStars Casino. You'll get $250 risk-free to play poker and $250 김제 출장샵 bonus on sign up. 여수 출장안마 Use the promo code 'NJSTARS200 for 제주도 출장마사지 promo code 보령 출장안마 PLAY50